Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan
Ada beberapa faktor yang seharusnya dipahami untuk mencapai suatu produktivitas, yaitu faktor manajerial, kesehatan karyawan, motivasi karyawan, dan komunikasi antarpersonal yang terlibat dalam proses produksi. Faktor motivasi dan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kesejahteraan karyawan. Tingkat kesejahteraan karyawan memiliki keterkaitan yang erat dengan jumlah kompensasi yang mereka peroleh. Pengaruh kompensasi terhadap produktivitas karyawan sangat besar.
Pengertian Produktivitas Karyawan
Robert A Sutermeister mendefinisikan produktivitas sebagai berikut: Productivity is considered a primary goal of business. Without a satisfactory level of production, a profit oriented organization can not survive, and most if not all non profit organizations are interested in doing more work (greater output) without a proportionate increase in money, equipment and employee hours (input) (Sutermeister, 1976:3)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa produktivitas merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan organisasi. Tanpa tingkat pemuasan produktivitas, sebuah perusahaan yang profit oriented tidak dapat bertahan. Pada umumnya, tidak semua perusahaan yang non profit oriented tidak dapat bertahan. Namun pada umumnya, tidak semua perusahaan yang non profit oriented tertarik menghasilkan output yang lebih besar tanpa adanya keseimbangan peningkatan biaya, peralatan dan jam kerja karyawan (input).
George J. Washnis dalam buku terbitan John Wiley & Sons yang dikutip oleh Rusli Syarif (1987:1–2), mengemukakan bahwa produktivitas mencakup dua konsep utama. Pertama, efisiensi yang menunjukkan seberapa optimal pemanfaatan sumber daya manusia, dana, dan alam untuk menghasilkan suatu output. Kedua, efektivitas yang menggambarkan kualitas serta dampak dari hasil yang dicapai.
Sementara itu, Stoner dan Wankel mengutip pendapat John Hendrik mengenai konsep produktivitas, yang menyatakan bahwa produktivitas merupakan perbandingan antara output berupa barang atau jasa dengan input berupa sumber daya, baik manusia maupun non-manusia, yang digunakan dalam proses produksi. Hubungan ini biasanya dinyatakan dalam bentuk rasio O/I. Semakin tinggi nilai rasio tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat produktivitas (Stoner & Wankel, 1986).
Secara umum, pengertian ini menjelaskan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan jumlah sumber daya yang digunakan untuk mencapainya.
Perbandingan hasil kerja dengan penggunaan sumber daya disebut produktivitas, yang mana makin tinggi nilai perbandingan, maka makin besar produktivitas.
Memahami Teori Porter & Lawler
Berdasarkan Teori Pemuasan Porter & Lawler, yang berasumsi bahwa penghargaan atau konpensasi yang bagus menyebabkan pemuasan dan seringkali bahwa prestasi menghasilkan penghargaan – penghargaan. Karena itu mereka mengadakan hipotesa tentang hubungan pemuasan dan prestasi yang dihubungkan oleh suatu variabel lain misalkan dalam bentuk beberapa penghargaan. Mereka memperlihatkan prestasi yang baik yang mengutamakan penghargaan dan punya peranan penting terhadap pemuasan (Gullet, 1996:). Bila dimasukkan dalam artikel ini, maka prestasi dan produktifitas yang dipengaruhi oleh berbagai penghargaan dalam hal ini faktor internal / yang berasal dari dalam diri individu, dan faktor eksternal / yang berasal dari luar diri individu akan mempengaruhi pemuasan dalam hal ini produktivitas seseorang.
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa Self Esteem yang merupakan komponen afektif dari konsep diri, dipengaruhi oleh penghargaan dari faktor internal yang berasal dari dalam diri individu, termasuk didalamnya penilaian diri, fisik, dan sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu, termasuk pengaruh dari orang – orang yang terdekat, lingkungan kerja dan lingkungan sosialisasi individu, yang mana akan mempengaruhi pemuasan dalam hal ini produktivitas seseorang.
Faktor – faktor Produktivitas
Ada dua hal yang bisa kita pahami sebagai faktor produktifitas, yakni :
Efisiensi Daya guna
Menurut kamus Administrasi perkantoran oleh The Liang Gie, yang dikutip oleh Panji Anoraga (1998), menyebutkan efisiensi sebagai perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya. Efisiensi dalam bekerja dapat diartikan sebagai perbandingan optimal antara upaya atau usaha yang dilakukan dengan hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Dalam hal ini yang termasuk kedalam efisiensi tersebut antara lain: waktu kerja (rutinitas dan kerja lembur) dan sumber daya (biaya dan tenaga yang tersedia, serta informasi).
Efektivitas Hasil guna
Menurut Robert N. Anthony yang terjemahkan oleh Maulana sebagai berikut: Hubungan antara keluaran (output) pusat pertanggung jawaban dengan sasaran yang harus dicapainya. Apabila output yang dihasilkan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan, maka unit tersebut dapat dianggap memiliki tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh karena itu, baik sasaran maupun output dari suatu unit kerja, seringkali sulit untuk dikuantifikasikan. Maka pengukuran efektivitas sulit pula untuk ditetapkan secara terinci.(Maulana, 1991)
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa bila keluaran atau output yang dihasilkan semakin besar, berarti semakin efektif kerjanya. Sedangkan yang termasuk efektivitas dalam penelitian ini antara lain: hasil kerja termasuk kualitas, kuantitas, tanggung jawab pada pekerjaan itu sendiri, sarana & prasarana, serta jumlah hasil kerja apakah sudah sesuai target atau diluar target.
Pengaruh Kompensasi Terhadap Produktivitas Karyawan
Secara singkat, pengaruhnya pasti sangat kuat. Tujuan utama seseorang bekerja karena ingin mendapatkan kompensasi gaji yang layak untuk biaya kesejahteraan hidup diri dan keluarganya. Perusahaan yang mampu memberi kompensasi dengan baik kepada karyawannya biasanya akan secara otomatis mempunyai produktivitas tinggi.
Kompensasi Baik = Produktivitas Tinggi
Pemberian kompensasi yang layak kepada karyawan dapat mendorong munculnya gagasan-gagasan baru serta meningkatkan kreativitas mereka. Dengan banyaknya ide dari karyawan, tentu akan sangat bermafaat bagi perusahaan. Ide itu muncul sebagai evaluasi dan perbaikan dari kinerja karyawan tersebut di bidang kerjanya masing-masing.
Pemberian kompensasi yang memadai kepada karyawan turut berperan dalam menjaga kondisi kesehatan mereka. Ketika kesehatan tetap terjaga, hal ini membuka peluang bagi karyawan untuk memberikan performa kerja yang optimal. Jumlah jam kerja atau jam hadir karyawan pun mampu diperoleh secara maksimal. Alhasil, perencanaan proses produksi mampu didapat dengan bagus.
Bayangkan dengan karyawan yang hanya mendapatkan kompensasi gaji UMR saja. Karyawan akan sering izin tidak masuk dengan berbagai alasan. Alasan tidak masuknya karyawan akan sangat variatif, sakit, keluarga sakit, urusan keluarga, ada hajatan, ada tetangga meninggal, dan sebagainya. Dari fakta ini, tentu perencanaan produksi yang telah dibuat perusahaan menjadi terkendala karena karyawan sering tidak masuk.
Dampaknya adalah jumlah hasil produksi menurun. Di samping itu, rendahnya kompenasasi terhadap karyawan akan memicu karyawan itu mempunyai bisnis atau kerja sampingan. Dengan adanya bisnis sampingan ini, tentu akan menganggu kualitas kerja dan konsentrasi kerja karyawan. Konsentrasi karyawan yang rendah pasti berdampak negatif terhadap mutu dan kualitas barang produksi.
Akhirnya, bukannya mendapatkan barang yang bisa dijual, melainkan justru akan menghasilkan barang yang gagal proses atau afval. Hal ini membuat adanya pembuangan bahan baku, penghamburan biaya produksi, seperti listrik dan alat bantu produksi, dan perusahaan tidak menghasilkan barang yang memenuhi standar.
Di era modern ini, sudah selayaknya terjadi asas keseimbangan antara karyawan dengan perusahaan. Dari fakta tersebut, jelas bahwa pengaruh kompensasi terhadap produktivitas karyawan sangat kuat. Semakin layak pengaruh kompensasi terhadap produktivitas karyawan, semakin tinggi pula produktivitas mereka. Sebaliknya, semakin rendah kompensasi terhadap karyawan, semakin rendah pula produktivitas karyawan itu.