Sahabat Yatim

Pengertian dan Perbedaan Antara Salaf, Salafi, dan Salafiyah

perbedaan salafi dan salafiyah

perbedaan salafi dan salafiyah-Seringkali terdengar dan sudah tidak asing di masyarakat tentang istilah manhaj, salaf, salafi ataupun salafiyah. Namun, tidak sedikit pula yang bertanya-tanya sebenarnya apa itu manhaj? apa itu salafi? Dan apa itu salafiyah? Apakah istilah ini memiliki arti yang sama?. Oleh karena itu, pembahasan kali ini akan membahas tentang pengertian dan perbedaan antara salaf, salafi dan salafiyah.

Pengertian Manhaj

Manhaj secara Bahasa artinya jelas atau terang. Sedangkan menurut istilah adalah cara dan ketentuan yang digunakan setiap pelajaran. Atau secara singkat manhaj disebut cara beragama yang akan membentuk cara dalam beribadah sehingga manhaj juga menentukan aqidah seseorang.

Jadi, jika seseorang salah dalam memilih manhaj, akhirnya seseorang tersebut akan beribadah dengan cara yang salah pula. Oleh karena itu sebaiknya kita selalu berpegang teguh pada manhaj yang benar yaitu mengikuti manhaj Rasulullah SAW.perbedaan salafi dan salafiyah

Pengertian Salaf

pengertian salaf

Salaf adalah “orang terdahulu” jika diartikan secara bahasa. Allah berfirma ,

”Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut). Dan Kami jadikan mereka sebagai salaf dan contoh bagi orang-orang yang kemudian.” (Az Zukhruf: 55-56)

Sehingga, berdasar pada ayat tersebut, Fairuz Abadi berpendapat :

”Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang dan orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu.” (Lihat Al Manhajus Salaf ’inda Syaikh al Albani, ’Amr Abdul  Mun’im Salim  dan Al Wajiz fii Aqidah Salafish Sholih, Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary)

Sedangkan, Syaikh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al ‘Aql berpendapat

“Salaf adalah generasi awal umat ini, yaitu para sahabat, tabi’in dan para imam pembawa petunjuk pada tiga kurun yang mendapatkan keutamaan . Dan setiap orang yang meneladani dan berjalan di atas manhaj mereka di sepanjang masa disebut sebagai salafi sebagai bentuk penisbatan terhadap mereka.” (Mujmal Ushul Ahlis Sunnah wal Jama’ah fil ‘Aqidah, hal. 5-6).

Menurut para ulama, salaf juga berasal dari Bahasa arab Salaf as shalih atau salafusshalih. pengertian salafus shalih adalah sahabat, tabi’in (orang-orang yang mengikuti sahabat) dan tabi’ut tabi’in (orang-orang yang mengikuti tabi’in). Ketiganya adalah generasi terbaik bagi umat islam seperti sabda nabi:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهمْ يَمِينَهُ وَيَمِيْنُهُ شَهَادَتَهُ

”Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi sesudahnya kemudian generasi sesudahnya lagi.”  (HR. Ahmad, Ibnu Abi ’Ashim, Bukhari dan Tirmidzi)

Rasulullah SAW telah melihat ‘kebaikan’ tiga generasi awal umat ini yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan mereka, semangat mereka dalam kebaikan, luasnya ilmu mereka tentang syari’at Allah, semangat mereka berpegang teguh pada sunnah beliau shallallahu ’alaihi wa sallam.  (Lihat Al Wajiz fii Aqidah Salafish Sholih dan Mu’taqod Ahlis Sunnah wal Jama’ah, Dr. Muhammad Kholifah At Tamimi). Allah juga meridhai umatnya untuk mengikuti perilaku para salafus shalih atau generasi terbaik umat, seperti firman-Nya berikut:

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100).

Berdasar ayat tersebut dapat diketahui bahwa mengikuti mereka adalah sebuah kewajiban bagi kita karena Allah pun telah menjelaskan hal tersebut. Selain menunjukkan perintahnya, Allah juga menunjukkan ancaman bagi siapa saja yang melanggar dengan firman-Nya berikut:

وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدٰى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَنَّمَۗ وَسَاۤءَتْ مَصِيْرًا

”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa: 115).

Dalam ayat tersebut, orang mukmin adalah para shahabat, tabiin dan tabiit (tiga generasi terbaik umat). Maka barang siapa yang menetang akan jatuh dalam Jahannam, tempat yang sangat buruk.

Pengertian Salafi

Beda salaf dengan salafi secara singkat, salaf seperti yang dijelaskan diatas, yaitu orang terdahulu. Sedangkan salafi adalah pengikut para salaf atau salafus shalih kemudian menjadikannya manhaj.

Batas salaf atau pendahulu yang dimaksud adalah tiga generasi terbaik yang telah disebutkan Rasulullah, bukan pembuat bid’ah dan kesesatan yang pada masa itu juga telah ditemukan orang-orang yang demikian.

Sehingga seseorang bisa dikatakan seorang salafi jika mereka benar-benar melakukan ibadah yang mereka lakukan berdasar syariat agama baik aqidah dan muamallahnya sesuai dengan pemahaman As sunah dan Al quran.  

Pengertian Salafiyyah

Banyak ketegangan di beberapa masyarakat jika penggunaan kata salaf, salafi dan salafiyyah disalah artikan. Padahal salafi adalah islam yang benar. Makna salafiyyah sebenarnya adalah penyandaran diri kepada kaum salaf.

Namun, pengertian salafiyyah berdasar pandangan masyarakat adalah metode yang mengajarkan syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan menurut quran dan hadist. Salafiyyah disusun oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (728 H) dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah (751H) dari Al-Qur’an, hadis, perbuatan serta perkataan ulama salaf. Lalu pada 1206 H, Muhammad bin Abdil Wahab menyebarkan apa yang telah disusun oleh Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahumallah di jazirah Arab.

Dikalangan masyarakat, salafiyyah diartikan sebagai aliran pesantren kuno. Sehingga mereka menganggap bahwa salafiyah bukan sebuah manhaj (metode beragama) namun sebagai sistem belajar mengajar yang belum mengalami modernisasi. Dan hal yang terbayang adalah para santri dengan menggunakan sarung dan peci serta membawa kitab kuning.

Hal tersebut cukup menunjukkan bahwa mereka bangga dengan sebutan “pesantren salafiyyah”. Diharapkan dengan begitu semua kegiatan yang ada di pondok adalah cerminan dari salafusshalih. Jangan sampai dengan sebutan “pesantren salafiyyah” namun kegiatan di dalamnya tidak sesuai sama sekali dengan al quran dan as sunnah dari Allah dan Rasul-Nya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dan tidaklah tercela bagi orang yang menampakkan diri sebagai pengikut madzhab salaf, menyandarkan diri kepadanya dan merasa mulia dengannya. Bahkan wajib menerima pengakuannya itu dengan dasar kesepakatan (para ulama). Karena sesungguhnya madzhab salaf tidak lain adalah kebenaran itu sendiri.” (Majmu’ Fatawa, 4/149, lihat Limadza, hal. 33)

Kesimpulan dari bahasan diatas adalah

  1. Manhaj secara singkat adalah cara beribadah.
  2. Salaf secara Bahasa adalah orang pendahulu.
  3. Salafi adalah pengikut para salaf.
  4. Salafiyyah adalah penyandaran diri kepada kaum salaf.

 

Exit mobile version