You are here:

Batas Waktu Niat Puasa Qadha Ramadhan

Berpuasa di bulan ramadhan hukumnya adalah wajib. Sehingga sebagai umat Muslim kita diharuskan untuk melaksanakannya. Apabila puasa di bulan ramadhan tidak terlaksanakan dikarenakan suatu hal maka wajib untuk meng qadha atau mengganti puasa yang hilang di bulan selanjutnya.

Sama halnya dengan menjalankan puasa pada umumnya. Qadha ramadhan juga dianjurkan untuk awali dengan niat puasa Qadha Ramadhan. Bagaimana Niat Puasa Qadha Ramadhan di Hari Senin? 

Banyak orang yang terkadang tidak dapat melaksanakan puasa ramadhan karena suatu hal sehingga menggantinya pada hari hari tertentu yang berbarengan dengan puasa senin kamis dengan tujuan untuk memperoleh pahala puasa wajib dan sunnah sekaligus.

Sayyid Bakri dalam Kitab I‘anatut Thalibin menerangkan orang yang berpuasa pada hari-hari tertentu yang sangat dianjurkan untuk dipuasakan akan mendapatkan keutamaan sebagai mereka yang berpuasa sunnah pada hari tersebut, meskipun niatnya adalah qadha puasa atau puasa nazar.

 

Niat Puasa Qadha Ramadhan: 

Nawaitu Shauma Ghadin ‘An Qadha’I Fardi Ramadhana Lillaahi Ta’Ala. Artinya : Saya niat berpuasa besok dari mengqadha’ fardu ramadhan Lillaahi Ta’ala

 

Batas Waktu Niat Puasa Qadha

Niat dari puasa Qadha Ramadhan tidak boleh dicampur dengan niat pasa sunnah, sebab Qadha puasa itu wajib. Niat puasa Qadha Ramadhan sendiri diucapkan pada malam harinya atau ketika makan sahur sebelum terbitnya fajar. Syarat ini mendasarkan pada Hadits Rasulullah SAW.  “Siapa yang tidak menetapkan niat sebelum fajar, maka tiada puasa baginya”.  

Arti Qadha Dalam Bahasa Arab kata Qadha’ bisa bermakna hukum dan penunaian. Sementara secara istilah, para ulama mendefinisikan qadha’ sebagai: Mengerjakan kewajiban setelah lewat waktunya.

 

Dalil tentang qadha puasa Ramadhan ini berdasarkan firman Allah SWT: 

Artinya; “Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Qs. Al-Baqarah: 184)

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa seorang muslim diperbolehkan untuk tidak berpuasa dalam keadaan tertentu. Seorang Muslim yang seharusnya berpuasa boleh meninggalkan puasa jika ada Udzur Syar’i berupa sakit dan dalam perjalanan yang melelahkan.

Para ulama sepakat secara Ijma’ bahwa orang yang diwajibkan mengqadha’ puasanya harus melakukannya setelah bulan Ramadhan hingga sebelum menjelang Ramadhan selanjutnya. Serta diharamkan melakukan qadha puasa di hari-hari yang diharamkan.

Puasa Qadha Ramadhan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, namun jika belum sempat menunaikan qadha’ puasa, maka bulan Sya’ban merupakan batas akhir untuk membayar hutang puasa tersebut.

Hal ini sebagaimana hadits dari Abu Salamah, ia mendengar ‘Aisyah Ra. Yang mengatakan:

Artinya: “Aku dahulu punya kewajiban puasa. Aku tidaklah bisa membayar utang puasa tersebut kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari, no. 1950; Muslim, no. 1146). Wallahu A’lam.