You are here:

Melatih Skill Memasak Para Santri Bersama Chef Profesional

Di zaman yang modern seperti sekarang, beragam olahan makanan banyak ditemui mulai dari makanan berat, seperti nasi dan lauk pauk hingga makanan ringan atau makanan penutup. Kalangan muda yang membuka usaha kuliner pun demikian, olahan makanan siap saji atau kudapan yang unik dan menarik banyak dijual tidak lagi sebatas rasa makanan, namun juga memiliki nilai estetika atau keindahan.

Peluang usaha di bidang kuliner cukup banyak diminati dan mudah dijumpai mulai dari pasar tradisional, hingga supermarket atau foodcourt. Hal ini menunjukkan adanya peluang besar untuk memulai usaha kuliner. Dilansir dari buku 38 Inspirasi usaha makanan minuman untuk home industry modal dibawah 5 juta, karya Yuyun Anwar, bahwa alasan memilih usaha kuliner sebagai pilihan utama dalam berbisnis yaitu adanya potensi pasar yang besar dan terus menerus, bermodal kecil dan terjangkau, usaha kuliner memiliki banyak variasi, mudah dan praktis, berisiko rendah, dan menguntungkan.

Memulai awal tahun dengan melatih skill memasak merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Begitu juga dengan kegiatan yang dilakukan oleh para santri pondok pesantren tahfidz Sahabat Yatim Leuwiliang, yang melakukan kegiatan pelatihan memasak di dampingi oleh dua orang chef profesional yaitu Chef Budiati dan Chef Nanik Siami. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali para santri mengenai ilmu memasak dengan berbagai macam bentuk makanan dan variasinya, supaya di masa mendatang para santri bisa membuka usaha sekaligus membuka lapangan pekerjaan.

Chef Budiati merupakan chef profesional yang merupakan anggota Indonesian Chef Association (ICA) Badan Pengurus Daerah DKI Jakarta, dan chef Nanik Siami beliau merupakan seorang instruktur atau trainer cooking class dan private chef di JIS Terogong, Cilandak, Jakarta Selatan. Memiliki latar belakang yang sudah berpengalaman di bidang memasak, membuat kegiatan pelatihan bersama para santri menjadi asyik dan menyenangkan.

Kegiatan dilakukan selama dua hari, dimulai dari tanggal 2-3 Januari 2023 yang berlokasi di Pesantren Tahfidz Sahabat Yatim Leuwiliang tersebut, diikuti oleh seluruh santri dan juga pengajar dengan sangat antusias. Para santri diajarkan membuat beberapa makanan seperti, nastar, kastengel, bolu, donut, waffle, dessert box, takoyaki, dan fried chicken.

Proses membuat olahan makanan

Kegiatan dimulai dengan penyampaian teori tentang dasar-dasar memasak, seperti pemilihan bahan, teknik memasak, dan penggunaan bumbu. Selain itu, chef profesional tersebut juga berbagi pengalaman dan kiat-kiat dalam memasak yang ia pelajari selama bertahun-tahun di dunia kuliner.

Pada pelatihan membuat donat dan takoyaki, para santriwati  donat dengan hati-hati supaya adonan tidak hancur dan terasa lezat. Tak ketinggalan, santri putra didampingi oleh chef Siamik belajar membuat waffle (makanan khas negara Belgia yang biasa disajikan bersama topping yang manis untuk sarapan di pagi hari).

Makanan yang dibuat oleh para santri yang didampingi oleh chef Budiati dan chef Siami merupakan makanan kekinian, yang sedang menjamur di kalangan generasi muda. Makanan kekinian dibuat dengan mudah dan juga praktis membuat para santri bersemangat dan antusias dalam proses pelatihan memasak. Sahabat Yatim berharap dengan hadirnya kegiatan ini, akan mengasah skill para santri. Sehingga, selain menghafal Al-Qur’an para santri juga bisa memiliki keahlian dalam bidang memasak.

Anak-anak santri disini sangat senang sekali dengan adanya kegiatan ini, mungkin ada dari mereka yang bercita-cita jadi entrepreneur, atau membuka usaha kuliner kita doakan saja semoga dengan adanya pelatihan ini, bisa membuka wawasan anak-anak tentang dunia kuliner dan semoga bisa bermanfaat terutama untuk dirinya sendiri dan juga keluarga nya“ jelas Abi Hamid, Kepala Pondok Pesantren Tahfidz Sahabat Yatim Leuwiliang.

Kegiatan memasak para santri dengan chef profesional ini memberikan pengalaman yang berbeda dan sangat berharga bagi santri-santri Sahabat Yatim. Selain bisa belajar memasak dari seorang ahli, mereka juga belajar tentang nilai-nilai kebersihan dan sanitasi dalam memasak. Semoga kegiatan semacam ini bisa menjadi acara rutin di pondok pesantren dan bisa memberikan manfaat yang besar bagi para santri di seluruh Indonesia.