You are here:

Mengapa Disebut Malam “Lailatul Qadr”?

Malam Lailatul Qadr merupakan malam yang paling istimewa di dalam bulan ramadhan, dna bahkan malam ini menjadi malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tidak heran jika umat Muslim yang bertakwa sangat berharap dapat bertemu dengan malam Lailatul Qadr.

Mengapa malam tersebut disebut dengan malam Lailatul Qadar.? Menurut pendapat sejumlah ulama menyatakan bahwa malam tersebut dikatakan sebagai malam Lailatul Qadr karena beberapa hal yakni.

  1. Pada malam tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan secara rinci takdir segala sesuatu selama 1 tahun (dari Lailatul Qadr tahun tersebut hingga Lailatul Qadr tahun yang akan datang), sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala :

ا لْنَاهُ لَيْلَةٍ ارَكَةٍ ا ا * ا لُّ * [ الدخان / 3 4 ] _ _ _

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur`an pada malam penuh barakah (yakni Lailatul Qadar). Pada malam itu dirinci segala urusan (takdir) yang penuh hikmah”. (Ad Dukhan: 4)

  1. Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan malam tersebut di sisi Allah subhanahu wa ta’ala.
  2. Ketaatan pada malam tersebut mempunyai kedudukan yang besar dan pahala yang banyak lagi mengalir. (Tafsir Ath-Thabari IV/200)

 

Kapan Lailatul Qadar Terjadi?

Malam Lailatul Qadr sendiri terjadi pada bulan ramadhan yang tepatnya pada malam ganjil 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ا لَيْلَةَ الْقَدْرِفِي الْوِتْرِمِنَ الْعَشْرِالْأَوَاخِرِمِنْ انَ

“Carilah Lailatul Qadr itu pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan)”. (HR Al Bukhari no. 1878)

Lailatul Qadar terjadi setiap tahun. Ia berpindah-pindah di antara malam-malam ganjil 10 hari terakhir (bulan Ramadhan) tersebut sesuai dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa.

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Lailatul Qadr itu (dapat) berpindah-pindah. kadang-kadang terjadi pada malam ke-27, dan kadang terjadi pada malam selainnya, sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits yang banyak tentang masalah ini. Sungguh telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Bahwa beliau pada suatu tahun diperlihatkan Lailatul Qadr, dan ternyata ia terjadi pada malam ke-21″. (Fatawa Ramadhan, hal.855)

Asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz dan Asy-Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud rahimahumallahu berkata: “Adapun pengkhususan (memastikan) malam tertentu dari bulan Ramadhan sebagai Lailatul Qadr, maka butuh terhadap dalil. Akan tetapi pada malam-malam ganjil dari 10 hari terakhir Ramadhan Itu memungkinkan Lailatul Qadr, terjadinya dan lebih dimungkinkan lagi terjadi pada malam ke-27 karena telah ada hadits-hadits yang menunjukkannya”. (Fatawa Ramadhan, hal.856)

 

Ciri Ciri Datangnya Malam Lailatul Qadar

Rasulullah Saw telah memberikan tanda-tanda mengenai malam tersebut dalam beberapa riwayat hadits, yaitu:

 

1. Suasana Tenang

Salah Satu Tanda dari Datangnya Malam Lailatul Qadar adalah suasana yang terasa sangat tenang. Hal tersebut sesuai dengan Kata Nabi Muhammad Saw, “Lailatul Qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (meteor),” ( HR.at-Thobroni).

 

2. Paginya Matahari Bersinar Lemah

Tanda lain dari datangnya malam Lailatul Qadar adalah di pagi hari bersinar matahari tampak lemah. Dalam hadis riwayat Ibnu Abbas, Nabi Saw mencatat, “Lailatul Qadar adalah malam tenteram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, besok paginya matahari terbit dengan sinar lemah berwarna merah.”

Ibnu Khuzaimah juga mengatakan bahwa, “Lailatul Qadar ini adalah malam yang tidak panas atau dingin.”

 

3. Matahari Bak Nampan

Sahabat Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw pernah mengatakan, “Keesokan hari setelah Lailatul Qodar matahari hingga tinggi tanpa sinar bak nampan terbit.”

 

4. Bulan Hanya Sepotong

Dalam sebuah riwayat, Abu Hurairah pernah berbicara dengan Nabi Saw tentang Malam Lailatul Qadar.

Nabi Muhammad Saw mengatakan, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang mengalahkan nampan.”

 

5. Hari Ganjil

Keterangan ini berasal dari hadits dari Aisyah yang menyebutkan, “Rasulullah Saw beritikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan ia tidur, ‘Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan’,” (HR. Bukhari dan Muslim) .