You are here:

Modal Utama Dalam Merintis Bisnis

merintis bisnis

Modal Utama Dalam Merintis Bisnis –  Bisnis adalah segala sesuatu yang dikaitkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ekonomi dan upaya mendapatkan keuntungan dari usaha yang dilakukan. Banyak yang bergerak dibidang bisnis dan berupaya untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Dengan pemahaman bahwa rezeki itu ada di mana-mana, orang tetap semangat mencari peruntungan hingga ke ujung dunia. Suka duka dalam berbisnis itu membuat banyak orang jatuh bangun menahlukannya. Segala upaya dilakukan demi mendapatkan apa yang diharapkan.

Merintis Bisnis

Fleksibilitas Bisnis Sebagai Sumber Penghasilan

Apapun pekerjaan Anda, alangkah baiknya jika Anda juga merintis bisnis. Anda bisa menjadikannya sebagai penghasilan utama ataupun alternatif penghasilan. Bisnis bisa menjadi alternatif penghasilan jika tiba-tiba Anda mendapatkan masalah pada pekerjaan pokok, atau bisnis bisa menambah penghasilan yang tak mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup Anda. Tidak ada teori yang bisa dikatakan paling tepat dalam berbisnis. Ada yang mengikuti satu teori, tetapi malah gagal. Ada yang tidak menggunakan teori apapun, juga gagal.

Kesuksesan dari Bawah: Kisah Perjalanan Bisnis

Bisnis itu harus dijalankan dan nantinya akan menemukan sendiri jalan yang paling pas untuk dirinya. Ketika masa perjuangan itu dilalui dengan baik, biasanya keberhasilan akan terasa sangat nikmat. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa ia memulai bisnis dari sangat bawah. Ia menjadi seorang tukang cuci piring di sebuah restoran, hingga akhirnya memberanikan diri membuka restoran sendiri. Selanjutnya, restoran itu semakin dikenal dan semakin hari terus bertambah omzetnya.
Jumlah karyawan pun semakin banyak. Sebaliknya, ada yang hanya membuka warung tenda dan belum juga ada perubahan. Semua ini adalah proses yang tak bisa terhindarkan. Nasib masing-masing orang itu memang berbeda. Kurang adil juga kalau mengatakan bahwa ada orang yang kurang bekerja keras atau ada orang yang tidak kerja dengan cerdas. Siapa yang mau membanting tulang terlalu keras tetapi hasilnya tidak maksimal.
Kalaupun ada yang bisa mengatakan bekerja cerdas, itu artinya ia mendapatkan kemampuan lebih dalam mengolah otaknya sehingga menemukan cara yang jitu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kecerdasan itu diciptakan dengan kapasitas yang berbeda-beda. Itulah mengapa manusia bisa saling membantu. Melihat bisnis ini seharusnya dengan hati dan bukan dengan mata. Ketika bisnis dijalankan dengan hati, maka bisnis ini akan menjadi jalan amal yang melimpah.

Bisnis dengan Hati: Persaingan yang Bermakna

Orang yang menjalankan bisnis dengan hati, tidak akan menyakiti orang lain atau tidak akan berusaha mematikan bisnis orang lain. Persaingan tetap menjadi suatu persaingan karena bisnis tanpa persaingan, bukanlah bisnis. Persaingan ini guna membuat dan melakukan yang terbaik bagi konsumen agar mereka mendapatkan yang terbaik juga dari apa yang telah mereka keluarkan. Dengan demikian, konsumen senang dan akhirnya akan terus berhubungan dengan bisnis yang dikelola dengan hati tersebut.
Bisnis dengan hati akan dirasakan dengan baik oleh para konsumen. Mereka tahu bahwa kepentingan mereka diperhatikan. Ketika kesadaran bahwa kepentingan mereka diperhatikan, mereka akan berusaha untuk tetap menjadi konsumen yang setia. Bentuk perhatian ini juga bisa tercermin dari produk yang dihasilkan. Produk tersebut adalah produk yang banyak dibutuhkan oleh konsumen. Inovasi yang terus digali akan membuat orang berpikir bahwa bisnis dengan hati ini tidak akan ada matinya.
Rintislah bisnis dengan bidang yang dicintai. Jangan membuat bisnis yang tidak disukai. Biarkan orang membayar apa yang disukainya dan pebisnis melakukan bisnis tanpa rasa lelah karena ia merasa seperti sedang melakukan tamasya saja. Ia bahagia dengan bisnisnya dan tidak merasa bosan berada dalam lingkungan orang-orang yang diajaknya berbisnis. Inilah salah satu kunci yang harus diingat agar bisnis tetap berjalan dengan baik.

Bisnis Itu Ladang belajar

Pentingnya Persepsi yang Benar

Alangkah baiknya jika Anda mempersepsikan bisnis dengan sebenar-benarnya. Persepsi Anda terhadap bisnis yang sedang Anda jalani akan berlanjut pada obsesi, dan akan mempengaruhi daya tahan Anda saat menjalani bisnis tersebut. Selain itu, dari persepsi dan obsesi yang benar, Anda akan dapat merumuskan ide-ide cemerlang bagi kelangsungan bisnis Anda tersebut.
Salah satu tokoh usahawan pernah menyarankan, saat kita menjalani bisnis, niatkanlah bisnis sebagai tempat pembelajaran, bukan sebagai tempat mencari uang. Jika tujuan bisnis kita adalah uang, hanya ada dua kemungkinan yang akan menghampiri kita. Pertama, kita akan mendapatkan uang dalam jumlah yang besar, atau kita akan kecewa berat karena tidak mendapatkan apa-apa. Berbeda kalau bisnis dianggap sebagai tempat belajar. Yang pasti didapatkan adalah ilmu. Dengan ilmu itu semua hal akan terlihat sebagai sesuatu yang biasa saja.

Ilmu sebagai Modal Utama Dalam Merintis Bisnis

Bila tidak mempunyai ilmu, maka suatu bisnis akan terasa sangat berat. Kalau tahu ilmu, mau berhubungan dengan pihak bank, mudah saja. Mau berhubungan dengan oarng-orang yang sekiranya bisa memberikan modal, biasa saja. Pemasaran juga biasa saja. Coba kalau tidak mempunyai ilmu, semua kendala dianggap berat dan malah akan menghadang. Padahal jalan yang telah dilalui itu sebenarnya cukup lapang. Buktinya banyak orang yang berbisnis dibidang itu. Inilah mengapa bisnis ini adalah ladang pembelajaran.

Bila mengalami kebangkrutan, hal ini pun suatu pembelajaran. Kalau bisnis tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh atau kalau hanya sekedar mencari kesibukan, bisnis ini menjadi sesuatu yang kurang menyenangkan. Mau coba-coba dalam bisnis boleh, tetapi tidak boleh keterusan. Harus ada konsep yang nyata apa yang akan dijadikan bisnis. Riset pasar dilakukan, pengamatan dan pembelajaran tentang akuntansi dan perpajakan juga terus dilakukan.
Tanpa mengetahui banyak hal yang berkaitan dengan bisnis, bisa jadi malah bersentuhan dengan hukum. Bagaimana kalau memang harus bersentuhan dengan hukum atas dasar ketidaktahuan. Hanya Tuhan yang mau memaafkan tanpa memberikan hukuman kepada orang yang tidak tahu. Manusia ternyata sangat sombong. Melakukan sesuatu yang melanggar hukum tetap akan dihukum walaupun telah mengatakan bahwa tidak tahu sama sekali tentang hal tersebut.

Jadi yang perlu kita camkan dalam diri kita, bahwa bisnis adalah sarana pembelajaran. Belajar tentang bagaimana berhubungan dengan banyak orang, bagaimana membujuk, bagaimana memperluas jaringan, bagaimana meningkatkan mutu, bagaimana memperlakukan karyawan dengan baik, dan bagaimana tetap bertahan dalam kegundahan bisnis yang terkadang mengganggu pikiran. Inilah bisnis dan bisnis ini tidak boleh dianggap seperti racun.

Belajar dengan Berbisnis dan Berbisnis dengan Belajar

Saat kita menjalani masa-masa awal dalam dunia bisnis, tentu banyak kegagalan dan kesalahan yang kita hadapi. Segala kegagalan dan kesalahan itu akan menjadi pembelajaran yang berarti bagi kelanjutan bisnis kita. Hal itu terjadi ketika kita memang meniatkan bisnis sebagi pembelajaran. Atau memahami bisnis adalah sarana pembelajaran.

Jikalau dalam waktu seketika kita mendapatkan keuntungan yang melimpah, itu harus dijadikan bahan pembelajaran untuk meningkatkan prospek penghasilan. Oleh karena bisnis sebagai sarana pembelajaran, semua dinamika Anda selama menjalani bisnis tersebut akan Anda jadikan sebagai bahan pembelajaran untuk terus memperbaiki diri Anda dan bisnis Anda.
Menjadikan bisnis sebagai sarana belajar juga sebagai salah satu antisipasi agar pada saat gagal, Anda tidak langsung segera mundur. Justru hal itu akan semakin memacu Anda untuk terus fight dan terus belajar. Bisnis sebagai sarana belajar juga akan membuat Anda menjalankan bisnis tidak dengan kepala kosong. Semuanya dijalankan dengan penuh perhitungan.

Itulah artikel mengenai modal utama dalam merintis bisnis. Semoga dapat membantu.