You are here:

Puasa Sunnah Lengkap, Jenis dan Keutamaan Masing masing

Puasa adalah salah satu bentuk ibadah para Umat Muslim di Seluruh Dunia. Ketika memasuki bulan suci Ramadhan, umat Muslim akan melaksanakan ibadah puasa wajib selama 30 hari, yang nantinya akan diakhiri dengan perayaan Idul Fitri.

Quran surat Al Baqarah ayat 185 menyebutkan firman Allah SWT tentang perintah berpuasa.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya:

“Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.”

 

Macam Puasa Sunnah

Taukah saudara, bahwa selain puasa Wajib bulan suci Ramadhan, dalam Islam juga terdapat beberapa macam puasa Sunnah yang juga dianjurkan untuk dilaksanakan untuk menyempurnakah Ibadah Berikut beberapa macam puasa sunnah.

 

1. Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Puasa 6 Hari di Bulan Syawal merupakan puasa yang dianjurkan untuk dilakukan oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dan meneruskan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti ia berpuasa di sepanjang tahun.”

Meski demikian, puasa enam hari ini tidak boleh dilaksanakan saat Lebaran 1 Syawal. Hari tersebut tergolong dalam waktu yang diharamkan.

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang berpuasa pada dua hari yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.”

 

2. Puasa Arafah

Orang yang tidak pergi menunaikan ibadah Haji, biasanya mereka melaksanakan puasa Arafah yang jatuhnya tepat pada tanggal 9 Dzulhijjah. Keutamaan menjalankannya adalah, dosa dua tahun orang yang melakukannya bisa terhapus.

Sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Puasa hari Arafah itu menghapus dosa dua tahun, setahun silam dan setahun yang akan datang. Dan puasa Asyura itu menghapus dosa setahun sebelumnya.”

 

3. Puasa Tasu’a dan Asyura

Umat muslim dapat menunaikan puasa Tasu’a dan Asyura pada 9 dan 10 Muharram.

Ketentuan ini pun ada dalam hadis yang diriwayatkan Muslim. Ibnu Abbas bertutur, “Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa pada hari itu, mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari ‘Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nasrani.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau begitu, tahun depan insya Allah kita berpuasa tanggal 9 (Muharram)’.”

 

4. Puasa Dzulhijjah

Nabi Muhammad SAW tidak pernah meninggalkan puasa Dzulhijjah di masa hidupnya. Puasa ini berlangsung pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, yakni tanggal 1-7 bulan Dzulhijjah.

Tercatat dalam hadis riwayat Ahmad dan An Nasa’i, yang berasal dari Hafshah RA, dia menuturkan, “Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW yaitu: puasa Asyura (10 Muharram), puasa 10 hari bulan Dzulhijjah, puasa 3 hari setiap bulan, dan shalat 2 rakaat sebelum sholat fajar (subuh).”

 

5. Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah terletak pada hari ke-8 bulan Dzulhijjah. Pada sebuah riwayat disebutkan, salah satu keutamaan puasa Tarwiyah adalah, orang yang melakukannya seperti berpuasa selama satu tahun penuh.

“Barangsiapa berpuasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan, untuk puasa pada hari Tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari Arafah seperti puasa dua tahun.” (HR. Ali Al-Muairi, At-Thibbi, Abu Sholeh, dan Ibnu Abbas).