Manfaat Sistem Penggajian Karyawan – Perkara imbalan atau ganti rugi jerih payah, lebih akrab dengan istilah gaji. Bagi karyawan, permasalahan gaji atau pengupahan ini merupakan hal yang sangat sensitif. Mereka bisa protes dan bahkan melakukan demo besar-besaran. Kalau sudah urusan perut, maka semua jalan akan ditempuh agar mendapatkan hasil yang sebanyak-banyaknya. Sistem pembayaran gaji kepada karyawan memiliki dampak langsung terhadap performa dan tingkat produktivitas masing-masing individu dalam bekerja.
Keseimbangan dan Keadilan dalam Sistem Penggajian Perusahaan
Pada dasarnya, sistem penggajian karyawan ini diberikan untuk menciptakan keseimbangan yang telah diberikan karyawan. Yang dimaksud dengan keseimbangan adalah pemberian imbalan sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi atau layanan kerja yang telah diberikan oleh karyawan kepada perusahaan. Dengan demikian, sistem penggajian yang ditetapkan perusahaan bukan sekadar untuk memenuhi peraturan yang ditetapkan pemerintah berkenaan dengan Upah Minimum Regional (UMR). Keseimbangan ini tentu saja harus disesuaikan dengan pendapatan perusahaan.
Tentu saja tidak lucu kalau ada sebuah perusahaan yang memberikan gaji luar biasa besar tetapi ternyata setelah 3 bulan, perusahaan itu tutup alias bangkrut karena tidak bisa membayar gaji karyawannya. Tentu bukan seperti itu yang diharapkan oleh semua pihak. Keseimbangan antara pendapatan karyawan dan pendapatan perusahaan. Juga tidak ada jarak penggajian yang terlalu jauh antara atasan dibagian para direktur dan gaji karyawan di posisi yang paling rendah.
Misalnya, perbandingan 1:5 atau 1:10 cukup lumayan. Maksudnya adalah kalau seorang karyawan pada posisi paling rendah mendapatkan gaji satu bulan sebesar 1 juta rupiah, kalau dengan perbandingan 1:5, artinya adalah para petinggi perusahaan maksimal mendapatkan gaji total 5 juta rupiah. Tentu tidak terlalu jauh jaraknya sehingga mereka tampak tidak terlalu jauh berbeda. Memang tidak banyak perusahaan yang memperlakukan sistem 1:5.
Beban tanggung jawab yang dipikul oleh seorang direktur umumnya jauh lebih besar daripada yang diemban oleh karyawan biasa. Perbandingannya biasanya mencapai rasio 1:10, bahkan bisa sampai 1:20. Perbandingan ini masih bisa dimengerti. Tetapi kalau perbandingannya telah mencapai 1:100, sepertinya kurang manusiawi. Bayangkan kalau seorang direktur bisa dengan santainya dan sangat mudah membeli beberapa rumah dalam beberapa bulan saja, sedangkan karyawannya kembang kempis untuk hidup sehari-hari.
Dampak Kesenjangan Penghasilan terhadap Hubungan Industrial
Kesenjangan yang terlalu mencolok akan membuat kecemburuan dan membuat jarak di antara mereka. Jarak inilah yang tidak memberikan ikatan cinta dan kasih sayang sehingga antara anak buah dan pimpinan sering terjadi rasa kurang bersahabat. Tidak heran kalau pada saat demo, karyawan merasa tidak memiliki rasa sayang untuk membakar gedung milik perusahaannya. Padahal kalau ada rasa saling menghargai dan rasa saling menghormati, demo itu bisa diredam.
Tentu saja membutuhkan manajemen yang sangat baik dan dengan sistem penggajian yang jelas. Yang tidak kalah penting adalah adanya jenjang karir yang juga jelas. Dengan transparansi itu, semua karyawan akan berusaha dengan sekuat tenaga mencapai jenjang kepangkatan tertinggi agar ia juga bisa menikmati gaji yang tinggi. Motivasi dan semangat ini sangat dibutuhkan agar tidak menimbulkan saling iri dan cemburu. Sistem pengangkatan karena karya dan prestasi juga akan membuat karyawan mempunyai rasa berkompetisi yang cukup baik.
Penerapan Sistem Persentase sebagai Alternatif Penggajian
Ada beberapa perusahaan yang menerapkan sistem komisi dengan persentase. Sistem komisi ini juga bisa meningkatkan kinerja para karyawan. Mereka akan berusaha menjadi penjual yang baik. Selain itu, mereka akan berusaha mengetahui semua produk yang dihasilkan oleh perusahaannya. Mereka tahu bahwa kalau mereka berhasil menjual suatu produk, mereka akan mendapatkan komisi. Sistem ini berlaku bagi semua karyawan termasuk juga pimpinan.
Jadi, masing-masing individu dalam perusahaan itu akan berusaha sekuat tenaga menghasilkan data penjualan sebanyak-banyaknya. Tentu saja mereka mempunyai gaji tetap masing-masing. Pendapatannya akan berbeda kalau mereka lebih aktif dan lebih banyak menjual barang. Persentase ini berbeda-beda dari satu tingkat atau posisi kepangkatan. Hal ini juga yang membuat banyak karyawan berusaha bekerja sebaik mungkin agar ia bisa naik pangkat. Dengan jenjang yang lebih tinggi, lebih tinggi juga persentase yang akan didapatkan kalau ia bisa menjual satu produk.
Kelihatannya sistem persentase ini menarik tetapi cukup rumit. Namun, kalau telah terbiasa dengan sistem ini, maka penghitungannya tidak akan rumit dan menyulitkan. Untuk penghitunga bonus tengah tahun dan bonus akhir tahun serta THR atau tunjangan hari raya, sistemnya juga sama. Bisa saja bahwa penghitungannya berdasarkan komisi yang didapat ditambah dengan gaji tetap tapi tidak dengan fasilitas lainnya. Atau penghitungan bonus bisa berdasarkan pendapatan komisi per bulan dibagi 6 bulan untuk bonus tengah tahun dan dibagi 12 untuk bonus akhir tahun.
Transparansi dan Komunikasi dalam Penggajian Karyawan
Perhitungan ini sendiri diajarkan dan diberitahukan kepada para karyawan dan semua staf di perusahaan tersebut. Dengan keterbukaan ini, semua karyawan bisa menghitung komisinya sendiri. Mereka juga bisa memprotes kalau seandainya ada kesalahan dalam penghitungan komisi atau bonus. Tentu saja semua keterbukaan ini harus dibicarakan agar semua merasa aman dan merasa senang dengan kebijaksaan tersebut.
Perusahaan yang mampu membuat posisi tawar yang tinggi seperti ini membutuhkan karyawan yang sangat produktif dan mau berjuang keras memenuhi target. Adakalanya penjualan menurun atau perusahaan tidak bisa memberikan bonus apa-apa. Kalau hal ini sampai terjadi, karyawan juga harus paham dan mau mengerti. Mereka harus berjuang kembali. Kebersamaan ini malah akan membuat rasa kekeluargaan itu semakin meningkat.
Bahkan mungkin karyawan rela bonus atau gajinya dikurangi demi menyelamatkan perusahaan. Tetapi hal ini bisa terjadi kalau rasa cinta kepada perusahaan telah tumbuh sedemikian besar seiring dengan perhatian dan komitmen yang telah diberikan oleh perusahaan dan telah dirasakan oleh para karyawan selama bertahun-tahun. Jangan dikira tidak ada perusahaan seperti ini. Lihatlah perusahaan yang mampu bertahan selama ratusan tahun. Pasti ada sesuatu yang membuat perusahaan itu mampu bertahan.
Lihatlah juga berapa ribu karyawan yang bekerja di perusahaan itu hingga mereka pensiun. Tentu tidak mudah mendapatkan karyawan yang mengabdi begitu lama. Terutama jika ternyata karyawan itu bukanlah karyawan biasa. Mereka adalah para karyawan yang mampu bekerja secara profesional dan berprestasi. Mereka bertahan karena cinta kepada perusahaannya. Cinta yang tidak bisa hadir kalau perusahaan tidak berlakuk adil kepada mereka. Keadilan itulah yang membuat banyak orang tidak mau pindah.
Tantangan dan Strategi dalam Menentukan Sistem Penggajian
Menentukan sistem penggajian pada satu perusahaan bukanlah perkara mudah meskipun kelihatannya sepele. Bagi perusahaan yang belum memiliki sistem penggajian bersifat objektif terhadap beban kerja para karyawannya, hal ini akan semakin sulit. Namun, jika perusahaan sudah mempunyai sistem penggajian dengan metode tertentu, dapat mempermudah pemeliharaan SDM.
Salah satu sistem penggajian karyawan adalah melalui metode kuantitatif. Metode ini benar-benar dapat membantu pemeliharaan sumber daya manusia. Namun, metode ini pun masih memunculkan serangkaian masalah bagi perusahaan. Masalah tersebut dipicu karena metode kuantitatif tidak begitu sesuai dengan karakteristik perusahaan di Indonesia.
Pada beberapa perusahaan di Indonesia, hal-hal yang berhubungan dengan pengalaman kerja serta masa kerja karyawan cenderung kurang diperhatikan. Di samping itu, hal-hal yang berkenaan dengan kesejahteraan dan perlindungan keselamatan karyawan, misalnya asuransi dan dana pensiun, tidak sesuai sistem penggajian yang ditetapkan perusahaan.
Strategi Penggajian Komprehensif dan Manfaatnya bagi Karyawan
Sebagai cara untuk mengantisipasi ketidakcocokan metode pendekatan kuantitatif, sistem gaji komprehensif harus diterapkan. Sistem gaji ini diterapkan dengan tujuan menciptakan atau membangun kewajaran bagi karyawan dan sejajar dengan jenis serta skala besarnya perusahaan serupa.
Berikut ini merupakan beberapa manfaat sistem penggajian yang ditetapkan perusahaan. Merupakan daya tarik tersendiri bagi karyawan dengan kualitas yang diperlukan perusahaan. Menjaga eksistensi dan keberadaan karyawan agar tetap berada di lingkungan perusahaan. Dengan kata lain, bertujuan agar karyawan tidak keluar dari perusahaan. Sebagai upah atau imbalan yang sesuai dengan kinerja serta prestasi kerja karyawan.
Sebagai cermin keadilan. Dalam arti, selalu ada perhitungan dan imbalan setimpal atas hasil kerja yang telah diberikan. Besarnya imbalan disesuaikan dengan kontribusi tiap karyawan yang telah diberikan pada perusahaan. Sebagai bentuk kepatuhan terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah. Tidak melampaui tingkat kesanggupan keuangan perusahaan, namun sesuai dengan sistem pembayaran perusahaan sejenis. Tidak terlalu besar maupun terlalu kecil.
Dengan mengetahui manfaat sistem penggajian, setiap karyawan diharapkan mampu memberikan kontribusi terbaiknya bagi perusahaan. Hal itu dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan nilai imbalan yang akan diterimanya. Bila terjadi ketidaksesuaian dengan kinerja, karyawan berhak melakukan protes pada perusahaan.