Loyalitas karyawan merupakan bentuk salah satu hak dan kewajiban dalam dunia kerja. Selain menerima hak berupa gaji, honorarium, dan hak cuti.
Karyawan juga wajib kerja penuh dedikasi dan loyal terhadap perusahaan dan pimpinan. Loyalitas karyawan yang diuji
Menjadi seorang karyawan di perusahaan tertentu memang boleh jadi bagai pisau bermata dua. Di satu sisi, seorang karyawan harus mengerahkan segenap potensi dan kemampuannya demi kemajuan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan menguras habis tenaga karyawan demi kepentingan sepihak.
Demi kepentingan sepihak akan amat terasa jika upah atau bentuk gaji sebagai penghargaan kinerja karyawan tak sebanding. Dalam arti, upah yang diberikan di bawah standar kemanusiaan.
Dalam hal inilah, loyalitas karyawan dipertanyakan. Potensi kadang sengaja diredam sebagai bentuk protes. Lebih ekstrem, ada karyawan yang memilih hengkang dari perusahaan karena hasil kerjanya tak dihargai secara pantas. Meskipun loyalitas, totalitas, dan kesabaran bekerja kerap dielu-elukan, persoalan rupiah tetap menjadi hal vital. Bukankah seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya?
Kerja Bakti atau Kerja Gaji?
Tampaknya, setiap orang akan setuju bahwa bekerja merupakan sebuah proses untuk mendapatkan sejumlah rupiah sesuai kapasitas kerja dan tanggung jawabnya. Gaji adalah sejumlah nilai kompensasi atas usaha dan kerja keras seorang karyawan. Kerja keras dan kerja cerdas mutlak diganti dengan nilai yang pantas. Selain gaji ada instentif lainnya seperti tunjangan, bonus, dan cuti. Fasilitas tambahan tersebut merupakan bentuk apresiasi kepada karyawan karena telah berhasil mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan.
Ada saatnya kerja bakti, ada pula saatnya kerja untuk gaji. Keduanya tak bisa disamaratakan. Ada waktunya memberi dan ada pula saatnya diberi untuk satu hal yang memang sepantasnya diterima. Dengan penggantian setimpal, dapat dipastikan loyalitas karyawan akan terbentuk secara alami.
Kerja bakti ini jika dipandang dari sudut pikiran positif adalah bentuk dari rasa peduli karyawan kepada perusahaan, dimana dia bekerja. Rasa memiliki itu harus ada pada benak setiap orang yang bekerja. Terkadang sebagai karyawan juga harus membantu rencana-rencana perusahaan hingga terwujud. Misalnya memberikan masukan, ide maupun solusi ketika perusahaan sedang mengalami masalah.
Jangan lantas, semua harus diperhitungkan dengan uang. Karyawan yang seperti ini, ibarat kerja tak iklas. Kerja bakti demi masa depan perusahaan adalah bentuk dari loyalitas. Di ini loyalitas karyawan diuji, siapa yang tak loyal akan tahu. Memang dilematis.
Karyawan Sebagai Wajah Perusahaan
Inilah beban yang cukup berat diemban oleh seorang pelaku kerja atau karyawan. Profil dan nama baik sebuah perusahaan kerap tecermin dari sikap dan kinerja karyawannya. Perusahaan yang memiliki ribuan karyawan dengan loyalitas tinggi dan siap mengabdikan diri dalam bekerja berpeluang besar meraih kesuksesan maksimal.
Bagaimana pun, loyalitas kerja karyawan merupakan tolok ukur keberhasilan perusahaan. Loyalitas sebagai bentuk pengabdian tak berbatas seorang karyawan. Seorang karyawan tangguh akan mendedikasikan seluruh kebisaannya demi perusahaan. Bekerja adalah nilai ibadah yang akan mendatangkan berkah.
Contoh profil karyawan di Jepang. Di negeri sakura ini tingkat resign pegawai pada perusahaan paling sedikit di dunia. Mengapa demikian? jiwa loyalitas orang Jepang terhadap perusahaan begitu tinggi. Kesetiaan mereka tak perlu diragukan lagi. Semua perintah atasan bakal dikerjakan dengan baik. Tak ada bantahan dan sanggahan di sana. Tak heran perusahaan Jepang banyak yang maju karena karyawannya handal-handal.
Karyawan Nirloyalitas
Inilah yang paling berdampak buruk pada perusahaan. Sebuah keadaan ketika karyawan tidak lagi bekerja secara benar dan sepatutnya. Seorang karyawan hanya melakukan sebuah tugas atau pekerjaan tak lebih sebagai rutinitas harian, tanpa target. Apalagi, disesuaikan dengan misi perusahaan.
Karyawan jenis ini hanya akan mengabdikan dirinya pada satu rentang waktu. Ia akan menyerahkan hidupnya sejak 08.00-17.00 WIB hanya untuk berada di sebuah ruangan tertentu dalam satu gedung, kantor. Ia hanya perlu merasa ada di sana dalam tenggat waktu tersebut tanpa berpikir hal lain.
Karyawan jenis ini hanya akan merasa cukup hadir di kantor, tanpa loyalitas, mengabaikan totalitas, mengedepankan formalitas. Selebihnya, nihil. Dengan demikian, jika suatu saat perusahaan gulung tikar, loyalitas karyawan seperti inilah yang dipertanyakan. Ia adalah jaminan keterpurukan.
Penyebab lunturnya loyalitas
Perusahaan yang kerap buka lowongan kerja dalam waktu yang berdeketan, patut dicurigai. Kenapa ada perusahaan yang pegawainya keluar masuk alias tak betah kerja di tempat itu.
Ada berbagai faktor penyebab lunturnya loyalitas pegawai. Berikut ini masalah-masalah yang menyebabkan pegawai enggan meneruskan kerja :
Komunikasi Terhambat
Salah satu faktor disharmonis di tempat kerja adalah saluran komunikasi terhambat. Misalnya komunikasi antara karyawan maupun vertikal dengan pucuk pimpinan. Pimpinan yang tak terbuka dengan karyawan, mereka enggan turun langsung menyapa bawahannya. Membuat suasana serba canggung. Hambatan komunikasi ini bisa berakibat fatal, antara lain mis komunikasi, pesan dan aplikasi-aplikasi yang sudah dibuat oleh pucuk pimpinan gagal dilaksanakan oleh bawahan.
Tentu hal demikian menjadi kontraproduksi terhadap rencana bisnis perusahaan. Saluran-saluran komunikasi yang mampat harus segara diperbaiki. Perlu diingat bahwa komunikasi yang efektif bermula dari kebiasaan yang dibangun secara konsisten.
Kebiasaan ini seharusnya memulai dari pucuk pimpinan.
Karakter Kepemimpinan Otoriter
Penyebab kedua adalah karakter kepemimpinan yang otoriter dan bersifat tangan besi terhadap bawahan menjadi penyebab hilangnya kepercayaan dari bawahan. Misalnya menerapkan peraturan yang ketat dan hukuman yang tak rasional. Salah sedikit dimarahi tanpa ada upaya mencari di mana letak kesalahan. Kebanyakan memberikan hukuman seperti potong gaji pun bisa menyurutkan minat kerja karyawan.
Karakter pemimpin yang seperti ini kerap ada pada perusahaan yang berbasis keluarga. Di mana dibegitu kuat memegang kewenangan pada satu perusahaan. Semua keputusan ditangan dia, termasuk keuangan, negoisasi dan urusan manajemen lainnya. Seolah-olah pegawai lain tak dipercayainya. Pemimpin otoriter tak mau dikritik maupun tak mau diberi masukan, semua perintah dikeluarkan dari dirinya.
Karyawan kerja di bawah manajamen otoriter biasanya sulit bertahan lama, kerjanya pasti tak nyaman dan waswas terus. Selain itu sulit mendapatkan kesempatan berkarier.
Eksistensi Pegawai tak Dihargai
Pegawai adalah sebuah beban juga asset bagi perusahaan. Pegawai ini yang secara langsung ikut berjasa memajukan perusahaan. Kinerja karyawan itu harus dihargai, bentuk penghargaan tak selamanya dengan uang. Dengan ucapan terima kasih, selamat dan tepukan bahu pun sudah membuat mereka senang.
Namun sebaliknya jika kinerja mereka tak dihargai, dan tak mendapatkan ganjaran penghargaan dengan semestinya. Mereka merasa kerjanya seperti mesin, dan ini menimbulkan lunturnya loyalitas pegawai.
Perusahaan Kritis
Perusahaan yang tengah dilanda krisis keuangan dan penurunan produksi. Situasi seperti ini membuat karyawannya resah, dan tak tenang kerja. Mereka dilanda rasa kewatir terhadap keputusan PHK sepihak. Ditandai dengan pembayaran gaji yang tak lancar, dan ditunda-tunda, suasana perusahaan disharmonis. Penurunan jumlah produksi yang significant. Hal ini tentu berdampak keputusan penghentian sementara kerja pada sebagian pegawai.
Kondisi seperti ini membuat karyawan tak konsentrasi kerja, pikirannya terpecah, dan mungkin terbesit untuk keluar dan mencari lowongan kerja.
Tips Menumbuhkan loyalitas pegawai
Bekerja dengan dedikasi tinggi merupakan harapan sebuah perusahaan. Pegawai yang loyal patuh terhadap peraturan, adalah harapan seluruh pemilik perusahaan. Namun untuk mewujudkan atau membentuk karyawan yang berdedikasi tinggi butuh proses dan pembelajaran yang lama. Disertai contoh dari pucuk pemimpin.
Berikut ini merupakan tips singkat bagaimana membangun loyalitas pada level karyawan :
Gaji sesuai UMR dan bonus
Salah satu motivasi kerja adalah gaji. Sebaiknya berikan gaji minimal sesuai dengan UMR yang berlaku pada kota di mana mereka bekerja. Sukur nilainya diatas rata-rata UMR. Selain gaji pokok, bonus bulanan pun bisa membuat motivasi kerja pegawai naik. Loyalitas bisa dibentuk dengan faktor ini.
Kesempatan Berkarir
Berilah kesempatan mencoba jenjang karier di perusahaan, di mana bekerja. Kesempatan berkarier ini adalah bentuk dari penghargaan perusahaan terhadap prestasi karyawan. Karyawan yang ditunjuk untuk promosi jabatan, berdasarkan penilaian dari manajer, bahwa dia dirasa mampu mengemban pekerjaan baru.
Apresiasi Karyawan
Seperti yang diurai diatas bentuk penghargaan tak mesti diukur dengan uang. Pemimpin yang baik harus sering mengucapkan terima kasih, atau pujian kepada karyawannya jika hasil kerjanya bagus. Tindakan seperti ini membuat mereka senang, karena pekerjaannya dihargai dan mendapat apresiasi dari pimpinan.
Pemimpin yang fair dan bijaksana
Berilah contoh kepemimpinan yang baik terhadap bawahannya. Jangan sungkan terjun langsung memberikan arahan-arahan kepada bawahannya. Luangkan waktu untuk sekedar berkomunikasi, berakrab-akrab ria dengan staff.
Pemimpin yang baik itu harus adil dan arif ketika menghadapi permasalahan perusahaan, misalnya menghadapi konflik internal, menhadapi complain dari pihak luar.
Demikianlah sekilas tentang loyalitas karyawan dan tips ringkas menaikan dedikasi kerja. semoga bermanfaat.