Sahabat Qais dan Riwayat Makan Sahur

Sahabat Qais dan Riwayat Makan Sahur

Ketika Rasulullah Muhammad SAW dan para pengikutnya baru tiba dan berdiam di Madinah, Tuhan belum menurunkan perintah tentang kewajiban menunaikan ibadah puasa di sepanjang Ramadan. Hingga kemudian dalam dua putaran kalender Hijriah berikutnya, amar itu turun. Meski begitu, Nabi dan para sahabat tak lantas asing dengan istilah puasa. Mereka sudah terbiasa menahan makan dan minum dengan mengikuti ketentuan agama-agama tauhid sebelumnya.

Tahun pertama ibadah puasa diwajibkan, Ramadan jatuh di bulan April yang menyengat. Suatu hari seorang sahabat bernama Qais ibn Shirmah tampak lunglai menjelang waktu berbuka. Setibanya ia di pintu rumah, Qais menanyakan kepada istrinya perihal penganan apa yang dapat disantap untuk menutup puasa hari yang dirasanya cukup berat itu.

“Maafkan aku, suamiku. Tak ada satu makanan pun yang dapat dihidangkan hari ini. Baiklah, tunggu sebentar. Aku akan mencarikannya untukmu,” jawab istri Qais.

Para sahabat memang terlatih dalam berpuasa. Hanya saja kala itu belum ada ketentuan pasti terkait anjuran dan kapan eloknya santap sahur dilaksanakan. Di siang hari, Qais pekerja berat. Namun karena kecintaannya terhadap Allah dan Rasul-Nya, ia tunaikan segenap kewajiban itu tanpa mengeluh.

Malam sudah larut. Qais tertidur lelap sekembalinya sang istri mencari makanan.

“Kasihan engkau, wahai suamiku,” bisik sang istri, ia mengurungkan diri untuk membangunkan Qais.

Tiba-tiba malam terlempar menjadi fajar. Setelah salat Subuh, Qais kembali bekerja tanpa sempat memakan secuil apapun sedari satu hari sebelumnya. Hingga di tengah hari kemudian, terdengar kabar bahwa Qais jatuh pingsan, lemah tak berdaya.

Apa yang menimpa Qais sampai jua ke telinga Rasulullah. Nabi bermenung, kemudian Allah SWT menurunkan penjelasan dalam QS. Al-Baqarah ayat 2:

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.”

Juga Rasul pun bersabda, “Pembeda antara puasa kita (muslim) dengan puasa ahli kitab (agama terdahulu) adalah makan sahur.”

Mendapat kabar baik yang disampaikan Rasulullah, para sahabat merasa lega dan gembira. Di masing-masing benaknya yakin, anjuran santap sahur itu semakin menjelaskan bahwa Islam adalah sebenar-benarnya agama keselamatan.

Sumber: Disadur dari hadits yang diriwayatkan al-Barra ibn Azib dalam Sahih Bukhari

Sahabat Qais dan Riwayat Makan Sahur

Sahabat Qais dan Riwayat Makan Sahur

 

  • Jika Kamu suka dengan artikel ini, silahkan share melalui Media Sosial kamu.
  • Jika Kamu ingin berdonasi untuk Anak Yatim dan Dhuafa, Silahkan Klik Disini.

Warehousing & Storage
Services

Careful storage of your goods

View details

Custom Transport
Solutions

Complex logistic solutions for your business

View details