You are here:

Budidaya Sukun, Mengapa Tidak?

budidaya sukun

Budidaya Sukun, Mengapa Tidak?

Ilustrasi budidaya sukun

Sukun ( Artocarpus altilis ) adalah tanaman asli Nusantara yang masih bersaudara dengan nangka ( Artocarpus heterophyllus ), cempedak ( Artocarpus integer ), dan terap ( Artocarpus odoratissimus ). Berbeda dengan ketiga saudaranya, buah sukun yang matang biasanya tidak berbiji. Di tanah air, sukun sudah lama dijadikan camilan. Padahal, jika ditilik dari kandungan gizi dan potensi produksinya, sukun bisa dijadikan alternatif panganan pokok pengganti atau sekadar selingan beras dan terigu. Oleh karena itu, budidaya sukun layak untuk diperhitungkan guna menunjang ketahanan pangan negeri kita.

Sukun juga merupakan tanaman yang serbaguna yang bsia ditanam di berbagai kondisi tananh dan lingkungan, bisa ditanam di kebun, di tepi jalan, dilahan pertanaian maupun di pekarangan rumah kita. Pohon sukun juga mempunyai multi fungsi sebagaimana pohon kelapa, mulai dari kayunya bisa digunakan untuk konstruksi bangunan, serat yang ada pada kulitnya bisa digunakan untuk bahan tekstil dan daunnya bisa digunakan sebagai bahan obat-obatan.

Sukun yang merupakan tanaman tropis banyak tumbuh di berbagai tempat diwilayah indonesia, dan menurut berbagai sumber sukun merupakan tanaman asli Indonesia. Sukun mampu tumbuh didataran tinggi maupun dataran rendah, sehingga cocok untuk tumbuh dan dikembangkan diberbagai tempat di Indonesia. Dan untuk pengembangan secara komersial dan untuk memgoptimalkan hasil produksi perlu diperhatikan tanah tempat tumbuh, iklim serta kondisi tanahnya. Kandungan Gizi

Berikut kandungan gizi per 100 gram buah sukun mentah (di sebelah kiri) dan setelah diolah menjadi tepung sukun (di sebelah kanan):

Energi 108,00 kalori – 302,00 kalori.

Protein 1,3 g – 3,6 g.

Lemak 0,30 g – 0,80 g.

Karbohidrat 28,20 g – 78,90g.

Kalsium 21,00 mg – 58,80 mg.

Fosfor 59,00 mg – 165,20 mg.

Zat Besi 0,40 mg – 1,10 mg.

Vitamin B1 0,12 mg – 0,34 mg.

Vitamin C 17,00 mg – 47,60 mg.

Bandingkan dengan kandungan gizi per 100 gram tepung terigu berikut:

Energi 365,00 kalori.

Protein 8,90 g.

Lemak 1,30 g.

Karbohidrat 77,30 g.

Kalsium 16,00 mg.

Fosfor 106,00 mg.

Zat Besi 1,20 mg.

Vitamin B1 0,12 mg.

Vitamin C 0,00 mg.

(Sumber: Food Composition Table for Use in East Asia 1972, FAO – www.fao.org )

Kandungan gizi tepung sukun tidak terpaut jauh dengan tepung terigu. Bahkan kandungan karbohidrat, kalsium, fosfor, serta vitamin B1 dan C tepung sukun lebih unggul dibandingkan tepung terigu. Dengan demikian, tepung sukun bisa dijadikan pengganti, atau paling tidak pelengkap tepung terigu. Potensi Produksi dan Kegunaan

Secara ekonomi, budidaya sukun cukup menggiurkan karena potensi produksinya yang cukup besar dan berlangsung sepanjang tahun. Pohon sukun membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun dari sejak ditanam hingga menghasilkan buah.Pohon sukun bisa berproduksi hingga berusia 20 tahun. Sejak berproduksi, rata-rata satu pohon sukun bisa menghasilkan 50 sampai 200 buah pertahun. Buah sukun bisa dipanen setelah berusia 3 sampai 4 bulan sejak bunga pertama kali muncul. Berat rata-rata buah sukun berkisar antara 400 hingga 1200 gram.

Jika dikelola secara profesional, satu hektar kebun sukun bisa menghasilkan 16 – 32 ton buah sukun per hektar. Budidaya sukun juga bisa dilakukan di pekarangan rumah atau gedung kantor. Dengan tinggi batang hingga 20 meter serta daun yang lebar dan rimbun, tanaman sukun bisa dijadikan alternatif pohon untuk penghijauan.Pohon sukun yang sudah tua bisa digunakan sebagai bahan bangunan. Daun-daunnya bisa dijadikan pakan ternak. Getah pohonnya bisa dijadikan dempul dan bahan dasar permen karet.

Untuk buah sukun yang sudah tua bisa dimanfaatkan untuk makanan selingan, cara pengolahannya bisa dengan digoreng menjadi keripik, direbus atau ditanak, diolah menjadi tepung, dan bisa juga difermentasi menjadi tape. Karena nilai ekonomis buah sukun dan pohonnya lumayan tinggi bisa dijadikan alternatif yang baik untuk dikembangakan menjadi mata pencaharian yang baru bagi petani. Pembibitan

Karena buahnya tidak berbiji, pembibitan untuk budidaya sukun dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

Pemindahan tunas

Pohon sukun memiliki akar tunjang dan akar yang menyebar ke samping. Pada akar yang menyebar ke samping dan muncul di permukaan tanah, biasanya muncul tunas pohon yang baru. Tunas inilah yang akan dipindahkan untuk menjadi pohon sukun yang baru.

Pencangkokan

Sama seperti jenis pohon lainnya, ranting sukun yang dipilih untuk pencangkokan adalah yang masih muda dan belum berbuah. Pemotongan dan penanaman kembali ranting yang telah tumbuh akar dengan sempurna dilakukan setelah berumur 23 bulan.

Stek akar

Tunas pohon sukun bisa dihasilkan dari stek akar pohon sukun yang sudah tua. Pengambilan akar pohon sukun dilakukan dengan cara penggalian. Selanjutnya akar tersebut dipotong kecil-kecil (panjang 10 – 15 cm dan diameter 1 – 2 cm), dan disemai dengan cara ditanam kembali di lahan yang telah dipersiapkan. Tunas akan mulai terlihat setelah satu bulan.

Stek batang

Metode pembibitan ini merupakan turunan dari stek akar. Tunas-tunas yang telah tumbuh dari stek akar bisa dipisahkan dengan melakukan stek pucuk. Tunas-tunas tersebut dipotong dari akar utamanya, kemudian ditanam kembali pada lahan persemaian. Untuk mendapatkan bibit yang baik kita harus mengetahui ciri-cirinya secara umum sebelum melakukan penanaman. Pengetahuan ini diperlukan bila kita tidak bisa membikin sendiri dan harus membelinya ditempat pembibitan. Adapun ciri umum yang bisa dijadikan patokan antara lain ketika membelinya yaitu:

Ciri bibit yang baik secara umum

Mempunyai jumlah daun yang banyak minimal 4 helai daun, dengan ciri daun yang banyak bisa diketahui calon bibit bisa tumbuh dengan baik. Bibit dengan ciri itu bisa diartikan cukup umur untuk dilakukan pemindahan tanaman dilahan pertanian.

Mempunyai ciri daun yang berwarna hijau pekat dan terlihat segar, daunnya juga mengkilap. Untuk ciri bibit yang jelek daunnya terlihat kekuningan dimana menunjukkan pertumbuhan yang tidak baik.

Mempunyai ciri batang yang kokoh tegak lurus menjulang.

Bibit diperoleh dari indukan yang unggul, dengan indukan yang unggul bisa didapatkan anakan yang tidak jauh ketahanannya dari penyakit sebagaimana dari pohon indukan.

Bibit terlihat sehat tidak terdapat hama penyakit seperti penggerek batang yang banyak menyebabkan tanaman sukun mati.

Tambahan dari ciri diatas untuk bibit dari hasil stek

Pohon yang diambil dari stek harus dalam kondisi sehat ketika dilakukan pemotongan. Tidak terdapat luka bekas potongan atau timbul penyakit akibat dari pemotongan bibit.

Bibit hasil stek yang baik mempunyai ciri akar yang banyak, dengan ciri akar yang banyak menunjukkan bibit bisa ditanam dengan baik nantinya. Bibit yang walau terlihat segar tetapi tidak mempunyai akar yang banyak ketika ditanam akan cepat mengalami kematian dalam beberapa waktu kemudian.

Bibit stek mempunyai diameter yang ideal antara 2 sampai dengan 3 cm

Tambahan dari ciri stek batang selain dari ciri umum diatas

Tunas pada batang atas dapat tumbuh dengankondisi baik, bekas stek batang sambungannya terlihat rapat.

Mempunyai batang yang ideal, pertumbuhannya sedang antara 8 sampai 10 cm.

Itulah antara lain ciri-ciri yang perlu diperhatikan ketika membelinya, selain itu untuk yang perlu diperhatikan adalah lokasi penjualnya dan juga apapkah penjual mempunyai papan nama yang menunjukan kredibilitasnya sebagai penghasil bibit yang baik.