Hikmah dari Kisah Abu Lahab dan Abu Jahal

kisah abu lahab dan abu jahal

Abu Lahab dan Abu Jahal adalah dua orang yang berbeda dan sama-sama menjadi pemuka Quraisy pada zamannya. Keduanya hidup dekat dengan Nabi. Namun, seperti yang diketahui kebanyakan umat Islam, keduanya enggan masuk ke dalam agama Islam dan mengikuti ajaran dari Rasulullah SAW Muhammad SAW.

Apakah Abu Lahab dan Abu Jahal paman Nabi? Abu Lahab memang paman Nabi, Tetapi tidak dengan Abu Jahal. Jika dilihat dari silsilah Abu Jahal, dia bukanlah paman Nabi. Kali ini akan dibahas tentang biografi singkat dan hikmah dari mempelajari kisah kedua tokoh tersebut.

Biografi Abu Lahab

kisah abu lahab

Nama asli Abu Lahab adalah Abdul uzza dan ayah Abu Lahab bernama Abdul Muthalib. Jika nasabnya diurutkan, Abdul uzza bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin abdi Manaf bin Qushay bin kilab. Abu Lahab lebih dikenal sebagai Kun yah. Abu Lahab berasal dari keluarga Nabi Muhammad SAW yaitu sebagai pamannya, sekaligus penentang keras dakwah beliau.

Dalam menentang ajaran Rasulullah SAW Abu Lahab selalu didukung istri Abu Lahab yang bernama Arwa bin Harb bin Umayya atau nama yang lebih terkenal adalah Ummu Jamil Aura’. Digambarkan bahwa Abu Lahab adalah sosok yang memiliki wajah rupawan, kecerdasan tingkat tinggi, kekayaan dan jabatan elit di suku Quraisy.

Sedangkan istri Abu Lahab dikisahkan adalah seorang putri dari Harb pemimpin besar suku Quraisy sehingga disegani oleh banyak kalangan. Pasangan ini memiliki enam anak, yaitu Utbah, Utaibah, Muattab, Al-Durra, Al-Uzza, dan Khalidah.

Beberapa ulama tafsir menyatakan Abu Lahab membenci Rasulullah SAW SAW karena merupakan efek persaingannya dengan paman Rasulullah SAW yaitu Abu Tholib karena Abu Tholib menjadi kepala Bani Hasyim dan  Abu Tholib yang melindungi Nabi. Persaingan itu muncul karena Abu Lahab merasa ia lebih baik daripada Abu Muthalib dipandang dari jabatan dan jumlah kekayaannya.

Selain itu, sebagian besar suku Quraisy menentang Nabi setelah wahyu pertama turun. Penolakan dakwah ini juga dating dari Abu Lahab dan Istrinya. Menurut kisah yang tersebar, Ummu jamil juga meminta Utbah untuk bercerai dari umu Qulsum dan Utaiba dari Ruqayya karena kedua orang tersebut adalah anak Rasulullah SAW.

Selain itu, Ummu Jamil juga pernah meletakkan kayu dan duri di sepanjang jalan yang biasa dilalui oleh Nabi dengan tujuan untuk menyelakainya. Karena itulah Abu Lahab dan Ummu Jamil diabadikan dalam kitab suci Alquran.

Dalam surat Al masad Ummu Jamil disebut sebagai pembawa kayu bakar karena ia sering bergunjing tentang Nabi serta perangainya yang buruk hingga ingin menyelakai  keponakannya sendiri yaitu Nabi Muhammad, dengan kayu dan duri.

Banyak riwayat menyatakan kematian Abu Lahab setelah terjadinya perang badar. Abu Lahab meninggal dengan penyakit yang tidak diketahui jenisnya. Namun, Abu Lahab meyakini penyakit itu adalah thaun, bisul atau kolera karena bau yang ditimbulkan sangat tidak sedap.

Ketika ia meninggal bahkan tidak ada yang merawat jasadnya sehingga dia dikuburkan dengan cara di masukkan ke dalam lubang menggunakan kayu setelah masuk ditutup dengan kerikil dan juga tanah. Sedangkan sang istri meninggal di atas batu di padang pasir ketika duduk dengan kalung di lehernya. Yang mana, kalung tersebut iya janjikan sebagai donasi untuk melawan Rasulullah SAW SAW.

Biografi Abu Jahal

kisah abu jahal

Nama asli Abu Jahal adalah Amr ibn Hisyam bin Mughirah dari suku Makhzum. Abu Jahal adalah salah satu pemuka Quraisy yang pernah di diberi gelar Abul Hakam yang artinya bapak kebijaksanaan. Namun, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam memberikan gelar Abu Jahal atau bapak kebodohan karena perbuatan kejamnya dan tidak manusiawi.

Abu Jahal pernah membunuh sumayyah binti khayyat dengan tombak yang dimasukkan ke dalam kemaluannya hingga sumayyah meninggal dunia. Abu Jahal juga pernah memberikan usul untuk dalam darun nadwah untuk membunuh Nabi. usul dari Abu Jahal adalah setiap kabilah harus mengirimkan utusan yang terkuat dan terbaik, kemudian utusan inilah yang akan membunuh Nabi dengan satu komando menggunakan pedang yang terhunus ke arah Nabi agar Bani Abdu manaf dipastikan tidak dapat melawan, tidak menuntut mereka dan hanya meminta ganti rugi Diyat 100 ekor unta.

Selain itu, Abu jahal enggan mengakui secara lahir batin bahwa Nabi Muhammad adalah benar utusan Allah karena ia tidak mau Bani Umayyah sebagai kabilahnya dikalahkan oleh nabi dari Bani Abdul Manaf. Ia menukarkan kesombongan duniawi kesukuannya dengan keimanan.

Beberapa riwayat menyatakan Abu Jahal mati ketika menjalani perang badar. Abu Jahal saat itu berhadapan dengan Abdurrahman bin auf dan di samping kanan kiri Abdurrahman bin auf ada 2 pemuda yang berusia sekitar 16 tahun mereka adalah muawidz dan Mu’adz bin Afra.

Mereka bertanya kepada Abdurrahman bin auf “wahai temanku yang manakah yang bernama Abu Jahal orang yang paling keras memusuhi Rasulullah SAW?” Setelah Abdurrahman bin auf memberitahukan, keduanya berlomba menyerang Abu Jahal hingga tersungkur.

Setelah perang usai, Ibnu Mas’ud yang menyisir lapangan perang menemukan Abu Jahal sudah tergeletak tak berdaya. Perlu diketahui sebelumnya telinga Ibnu Mas’ud pernah dipotong oleh Abu Jahal.

Kemudian Abu Jahal bertanya kepada Ibnu Mas’ud dengan sisa tenaganya “siapakah hari ini yang menang?”

Ibnu Mas’ud  menjawab “Allah dan rasulnya, wahai musuh Allah”

Kemudian Abu Jahal berkata lagi “sungguh kamu telah berhasil naik ke puncak yang sulit wahai pengembala kambing”

kemudian Ibnu Mas’ud memenggal kepala Abu Jahal yang sudah terpotong telinganya dan dia bawa menghadap Nabi. Nabi berkata “telinga balas telinga dan ditambah kepala”

Hikmah mengetahui kisah Abu Lahab dan Abu Jahal

Yang digambarkan dalam kisah Abu Lahab dan Abu Jahal memiliki sifat iri dan dengki dengan Rasulullah SAW, oleh karena itu kita harus bisa menghindari kedua sifat itu agar tidak dilaknak oleh Allah SWT sebagai mushunya, bahkan diabadikan dalam QS. Al Masad. Selain itu, berikut beberapa hikmah yang dapat dipetik dari kisah dua musuh Rasulullah SAW:

  1. Kita dapat belajar dari kisah tersebut bahwa kekayaan dan kekuasaan duniawi tidaklah bermanfaat bagi orang yang tidak beriman.
  2. Harta keturunan dan kekuasaan seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membantu melawan musuh-musuh Allah bukan malah dijadikan senjata untuk melawan Allah.
  3. Perbuatan jahat bagaimanapun caranya akan tetap terlihat dan hanya membuat nama kita semakin buruk baik di hadapan manusia maupun Allah dan rasulnya.
  4. Adanya bahaya ketika saling tolong menolong dalam keburukan, seperti Ummu Jamil dan abu lahab. Keduanya terseret dalam neraka Allah.
  5. Setiap orang yang mengajak ke dalam kebaikan pasti akan mendapat kesulitan baik dimusuhi ataupun disakiti. Seperti halnya Rasulullah ketika mengajak kedua orang itu untuk beriman kepada Allah.
  6. Kita harus selalu memeriksa iman kita jangan sampai meninggal dalam keadaan kafir seperti abu lahab, abu jahal dan ummu jamil
  7. Kita diwajibkan untuk selalu taat kepada orang tua. Namun, jika itu membuat kita jatuh dalam kesalahan yang menyimpang dari syariat Allah sebaiknya kita menolak. Seperti halnya anak-anak abu lahab dan ummu jamil yang dimintai bercerai dari istrinya. Memiliki istri dari keturunan Nabi adalah hal yang mulia bukan tercela.

Artikel Terbaru

Warehousing & Storage
Services

Careful storage of your goods

View details

Custom Transport
Solutions

Complex logistic solutions for your business

View details