You are here:

Hutan Buatan Zaman Prabu Siliwangi

hutan buatan

Hutan Buatan Zaman Prabu Siliwangi

Hutan Buatan-Menikmati sejuk udara dan hijaunya pemandangan Kebun Raya Bogor bisa jadi penawar rasa jengah dari kungkungan kondisi kota yang semrawut dan pengap.

Untuk mencapai lokasi Kebun Raya Bogor bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Bila menggunakan kendaraan umum dari arah Jakarta, Bandung maupun Sukabumi, Anda tinggal berhenti di Terminal Baranang Siang.

Dari tempat ini, lokasi Kebun Raya Bogor bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik angkutan umum perkotaan yang bisa diantarkan persis sampai di depan pintu gerbang Kebun Raya Bogor. Dari arah Jakarta bisa pula ditempuh dengan menggunakan kereta api ekonomi maupun ekspress dari stasiun Jakarta Kota. Nggak usah khawatir, setiap setengah jam ada rangkaian kereta api menuju Bogor.

Bila membawa kendaraan pribadi, dari perempatan Tugu Bogor tinggal mengarahkan kendaraan ke arah Jalan Pajajaran. Bila kondisi lalu lintas tidak sedang macet, tak lebih dari sepuluh menit, lokasi Kebun Raya Bogor bisa dicapai.

Sebagai botanical garden tertua di Asia, Kebun Raya Bogor selalu menjadi tempat tujuan wisata favorit keluarga dan remaja baik pada musim liburan sekolah maupun saat akhir pekan.

Sebagai botanical garden tertua di Asia, Kebun Raya Bogor selalu menjadi tempat wisata favorit keluarga dan remaja.

Kebun seluas 87 hektar ini terletak di jantung kota Bogor. Ribuan jenis tanaman dan aneka macam burung, akan menyambut Anda dengan ramah.

Tidak mengherankan bila berada di tengah-tengah Kebun Raya Bogor ini orang seakan lupa waktu. Inginnya terus berlama-lama duduk di hamparan rumput hijau, duduk di bangku di bawah pohon rindang atau berjalan-jalan menikmati setiap areal kebun raya.

Bila merasa capek berkeliling dengan berjalan kaki, tepat di sebelah kiri gerbang masuk terdapat kendaraan roda empat yang bisa disewa. Dengan mengendarai kendaraan sewa ini, berkeliling kebun raya menjadi lebih menyenangkan karena dipandu oleh petugas.

Berjalan-jalan berkeliling Kebun Raya Bogor tak usah khawatir kelaparan, karena di beberapa tempat akan dengan mudah didapat penjaja makanan. Kalau mau makan besar bersama keluarga, sebuah resto tersedia di areal Kebun Raya Bogor, tepatnya di bukit kecil setelah melewati hamparan padang rumput buatan.

Mengiringi perjalanan perkembangan Kebun Raya Bogor, beberapa nama pernah disandang kebun raksasa ini seperti Botanical Garden of Buitenzorg, Kebun Gedeh, Kebun Jodoh, dan pada masa pendudukan Jepang dikenal dengan nama Syokubutzuer, sebelum akhirnya kembali memakai nama Kebun Raya Bogor.

Sejarah Kebun Raya Bogor

Amorphophalus titanium adalah nama latin dari bunga bangkai. Dinamakan bunga bangkai karena tanaman ini selalu mengeluarkan bau bangkai yang menyengat setiap akan mekar.

Bunga bangkai berasal dari Muara Aimat Jambi dan menjadi salah satu maskot dari Kebun Raya Bogor. Tanaman dengan berat umbi bisa mencapai 30 kilogram ini pertama kali ditanam pada 19 Desember 1992.

Bungan bangkai yang tumbuh di Kebun Raya Bogor ini pernah mencapai tinggi 1,5 meter pada 9 Maret 1994. Bunga bangkai atau Amorphophalus titanium termasuk tanaman langka dan dilindungi.

Selain bunga bangkai, Kebun Raya Bogor juga memiliki tanaman aneh dan langka yaitu pohon kelapa sawit yang tumbuh hingga kini. Menurut catatan, pohon kelapa sawit yang tumbuh di areal Kebun Raya Bogor ini merupakan pohon sawit tertua di Asia Tenggara.

Pada mulanya Kebun Raya Bogor adalah sebuah hutan buatan yang dibikin untuk melestarikan pohon-pohon dan tanaman langka.

Menurut catatan, hutan buatan yang akan menjadi cikal bakal Kebun Raya Bogor sudah dibangun semasa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau yang lebih popular dengan nama Prabu Siliwangi yang memerintah Kerajaan Pakuan Pajajaran dari 1474-1513 Masehi.

Siapa kira hutan buatan ini kelak akan menjadi kebun botani terbaik ke-6 di dunia dan terbaik pertama di Asia Tenggara.

Dalam masa perkembangannya, Kebun Raya Bogor menjadi semacam laboratorium hidup yang menarik perhatian awam dan para ilmuwan, dengan koleksi tak kurang dari 15.000 jenis tumbuhan.

Landscape Kebun Raya Bogor dalam bentuknya yang sekarang sangat mirip dengan Kew Garden di Richmond, London, Inggris.

Tak perlu heran karena Gubernur Jendral Thomas Stamford Raffles ketika membangun halaman Istana Bogor pada awal 1800-an ini dibantu seorang ahli botani, W. Kent yang tak lain orang di balik pembangunan Kew Garden tersebut.

Penandaan pembangunan Kebun Raya Bogor secara resmi pada tanggal 18 Mei 1817 oleh Gubernur Jendral G. A Gerard Philip can der Capellen.

Cara meresmikan pembangunan Kebun Raya Bogor yang dilakukan Capellen ini terbilang unik, yaitu bukan dengan gunting pita atau peletakan batu pertama melainkan dengan cara menancapkan ayunan cangkul pertama.

Selesai pembangunan, Kebun Raya Bogor kemudian diberi nama s’Lands Plantentuinte Buitenzorg atau taman tidak perlu khawatir oleh Capellen. Ini ada kaitannya dengan ide Prof.

Caspar Karl Reinwardt yang berniat mengumpulkan seluruh tanaman yang bisa dijadikan obat, kemudian dikumpulkan di Kebun Raya Bogor tersebut. Pada langkah selanjutnya Prof. Reinwardt dianggap perintis pembuatan herbarium sekaligus pendiri Herbarium Bogoriense.

Keberadaan Kebun Raya Bogor merupakan titik awal penandaan perkembangan ilmu pengetahuan di Hindia Belanda. Hal ini ditandai dengan pendirian pusat kajian ilmu pengetahun. 25 tahun setelah Kebun Raya Bogor berdiri, dibangun lembaga Bibliotheca Bogoriensis. Dua tahu kemudian, tepatnya tahun 1844, dibangun pula Herbarium Bogoriense dan enam tahun kemudian didirikan Kebun Raya Cibodas.

Laboratorium Treub dan Museum Zoologi adalah institusi yang dibangun belakangan setelah berdiri Kebun Raya Cibodas masing-masing pada tahun 1884 dan 1894. Tugu Peringatan Reinwardt Sosok Prof. Caspar Karl Reinwardt dianggap paling berjasa dalam mewujudkan laboratorium hidup seperti Kebun Raya Bogor.

Tidak berlebihan bila menandai hari lahirnya Kebun Raya Bogor yang ke-189, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berkerjasama dengan Kedutaan Besar Jerman meresmikan sebuah Tugu Peringatan untuk Prof. Reindwardt. Tugu ini berada di dalam kompleks Kebun Raya Bogor, tepatnya di seberang kolam depan Istana Bogor. Tokoh di Balik Perkembangan Kebun Raya Bogor

Pasang surut perkembangan Kebun Raya Bogor menandai perjalanan panjang botanical garden ini.

Sebagai kawasan penelitian botani dunia, perkembangan pesat telah dicapai ketika kepemimpinan di bawah kendali tokoh-tokoh yang peduli pada perkembangan ilmu pengetahuan.

Nama seperti Dr. Carl Ludwig Blume, J. E. Teijsmann, Dr. R.H.C.C. Scheffer dan Prof. Ir. Koestono Setijowirjo, adalah sedikit tokoh yang telah mengembangkan Kebun Raya Bogor menjadi seperti sekarang ini.

Sebuah katalog mulai dibuat dan terus dikembangkan seiring dengan bertambahnya koleksi Kebun Raya Bogor ini.

Untuk mendukung penelitian di sekitar Kebun Raya Bogor dibangun museum Zoologi. Berbeda dengan museum binatang di tempat lain, koleksi Museum Zoologi Kebun Raya Bogor ini dalam ukuran yang sebenarnya baik itu jenis reptil, unggas, serangga sampai dengan mamalia.

Selain Museum Zoologi, di sekitar Kebun Raya Bogor ini terdapat pula herbarium, kebun percobaan, laboratorium botani dan tentu saja perpustakaan.

Jadi, jangan pernah lupa untuk singgah di tempat-tempat tersebut bila Anda berkunjung dan jalan-jalan di Kebun Raya Bogor, agar perjalanan Anda menjadi lebih bernilai. Operasional dan penanggung jawab Kebun Raya Bogor berada di bawah kendali seorang direktur.

Direktur pertama Kebun Raya Bogor yang menjabat dari 1817-1822 adalah Caspar George Karl Reinwardt, kemudian periode 1823-1826 dipegang Carl Blume. Selanjutnya adalah Johannes Teijsmann (1830-1869), Melchior Treub (1880-1905).

Setelah Indonesia merdeka, direktur Kebun Raya Bogor berturut-turut dibawah kendali Dirk van Slooten (1948-1951), Kustono Setyodiwirjo (1951-1959), lalu Soedjana Kassan dari 1959-1969, Didin Sastrapradja dari 1969-1981, dilanjutkan dari 1981-1983 oleh Made Sri Prana dan dari 1983-1987 oleh Usep Sutisna.

Sampurno Kadarsan merupakan penerus Usep Sutisna yang menjabat hingga tahun 1990, diteruskan kemudian oleh Suhirman (1990-1997), Dedi Darnaedi (1997-2002) dan Irawati yang menjabat sampai 2008 sebelum akhirnya Kebun Raya Bogor dikendalikan oleh Mustaid Siregar.