You are here:

Kelainan Mental Dan Perilaku Pada Anak Akibat Lingkungan

kelainan mental

Kelainan Mental Dan Perilaku Pada Anak Akibat Lingkungan

Tahukah Anda gejala-dan penyebab kelainan mental pada anak? Anak sebagai titipan dari Sang Kuasa kepada orang tua haruslah dijaga dengan penuh kebaikan. Perlu perhatian yang banyak dari orang tua di masa pertumbuhan sang anak agar perkembangan anak menjadi titik yang optimal. Tidak hanya asupan nutrisi yang bergizi yang diberikan akan, tetapi juga kasih sayang dari orang tua kepada anak agar anak bisa tumbuh dengan baik.

Di beberapa kota besar, keadaan tersebut sangat sulit terpenuhi. Tidak jarang, anak-anak pada masa pertumbuhan tidak dirawat dengan maksimal orang tua mereka dan sebatas dititipkan kepada baby sitter (pengasuh bayi) atau tempat penitipan anak, sedangkan orang tua mereka sibuk dengan urusan pekerjaan.

Sering kali pun terdengar wanita karier yang telah bersuami dan memiliki putra lebih mementingkan kehidupan kariernya dibanding keluarga dengan mengorbankan putra kesayangannnya untuk diberi minum sufor (susu formula) bukan ASI (air susu ibu). Belum lagi, kasus-kasus yang terjadi pada anak-anak yang pada akhirnya terjebak kenakalan remaja yang diakibatkan kesalahan didik di rumah karena orang tua yang kurang perhatian atau orang tua yang terlalu memanjakan anak.

Pola hidup bekerja di kota besar yang memaksa para orang tua bekerja bersama dengan kondisi “pergi pagi pulang petang” tak sempat buah hati mereka melihat senyum hangat untuk melepasnya pergi berangkat ke sekolah. Hal kecil seperti ini memicu anak untuk mencari perhatian di tempat lain karena perhatian di rumah tidak didapat. Jenis pencarian perhatian tersebut sering tidak terkontrol dan tidak dipikir lebih dalam, misalnya melakukan kenakalan di sekolah, tawuran antar pelajar, hingga kasus pemerkosaan oleh remaja di bawah umur karena kurangnya perhatian dan pengawasan dari orang tua.

Perkembangan anak yang tidak optimal karena kurangnya perhatian orang tua tidak saja menimpa pada kondisi pertumbuhan fisik anak, bahkan perkembangan mental anak pun akan menjadi korban seperti kasus di atas. Baru-baru ini pula kita dengar, anak umur lima tahun yang sudah memperkosa anak perempuan karena ingin melakukan apa yang dia tonton.

Hal tersebut jelas menunjukkan pengawasan orangtua yang kurang dan bisa saja cenderung acuh tak acuh. Belum lagi kasus-kasus lain hingga tingkat pembunuhan yang dilakukan oleh anak di bawah umur terhadap teman sebayanya karena kasus sepele. Beberapa tindak kriminal tersebut secara hukum memang belum bisa untuk diperkarakan, tetapi jika hal tersebut dibiarkan lama kelamaan mental anak Indonesia akan rusak dan hukum tidak dapat menjeratnya.

Kelainan mental anak bukanlah sesuatu yang bisa terlihat secara kasat mata dan dapat dikontrol dengan baik layaknya perkembangan fisik. Jika secara fisik seorang anak kurang tinggi, maka tentu akan mudah untuk mencari solusi dari kekurangan tersebut, atau manakala anak terlalu gemuk tentu orang tua dapat mengatur pola makan si anak.

Berbeda dengan perkembangan mental yang kompleks, faktor yang mempengaruhi perkembangan mental tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan rumah atau perhatian orang tua, namun juga lingkungan sekitar. Perkembangan mental yang tidak optimal akan mengakibatkan kelainan mental. Biasanya perkembangan mental yang terhambat ini dikarenakan oleh sebab:

  1. Faktor lingkungan

Seperti contoh kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dan pembunuhan oleh anak di bawah umur juga, faktor lingkungan yang banyak berpengaruh. Di dalam rumah mungkin si anak tidak terjadi masalah. Tetapi, ketika keluar rumah dan bersapa dengan teman sebaya, merekalah yang kadang mempengaruhi perkembangan mental si anak.

Terlebih lagi mudahnya akses internet sebagai tempat berbagi dari informasi hingga kejahatan yang mudah diakses dalam sekali klik, tayangan-tayangan yang berbau premanisme dan berita-berita yang mempertontonkan kekerasan , merebaknya rokok dan minuman keras, gaya hidup coba-coba dan berteman dengan teman yang tidak baik. Hal-hal tersebut sulit untuk diawasi jika orang tua terlalu sibuk dengan urusannya.

Salah satu bentuk kelainan mental yang mudah ditemui oleh faktor ini adalah punk style , gaya hidup yang kurang tertata bahkan mandi pun jarang yang setiap hari kita temui di jalan-jalan.

  1. Faktor Psikologis

Kelainan mental anak dapat pula disebabkan oleh faktor psikologis, yakni faktor-faktor yang sebenarnya kurang begitu diperhatikan, namun bagi si anak menjadi sesuatu yang besar. Misalnya, iri dengan wajah temannya yang cantik, iri dengan kekayaan orang tua teman, frustasi karena ditolak cewek, merasa terkucilkan karena dari keluarga yang kurang mampu, tidak mendapatkan perhatian dari orang tua, atau memiliki sifat kecil hati dan pesimis yang berlebihan, dan sebagainya.

  1. Faktor biologis

Faktor biologis adalah yang faktor yang jarang ditemui. Biasanya, faktor biologis adalah genetika dari orang tuanya, masuknya zat kimia ke dalam tubuh yang menganggu sistem syaraf, dan sebagainya.

Jenis kelainan mental yang biasa menjangkiti anakanak usia pertumbuhan ada dua hal.

  1. Kelainan yang mengganggu pada perilaku

Kelainan yang menganggu perilaku akibat perkembangan mental yang kurang dapat terlihat pada tingkah laku anak yang tidak biasa. Ciri-ciri dari gangguan perilaku pada remaja misalnya hal berikut:

Suka melakukan aksi kenakalan remaja dan bangga dalam melakukannya.

Mengikuti komunitas yang salah seperti punk dan metal dan bergaya acak­-acakan.

Melakukan aksi yang mengganggu dirinya, bahkan hingga membahayakan, seperti bunuh diri.

Konsumsi zat dan obat terlarang, termasuk kebanggaan dengan mengonsumsi rokok dan minuman keras.

Suka melanggar aturan dan hukum.

Obsesi terhadap suatu hal, misalnya meniru idola dengan cara yang berlebihan, diet ekstra untuk membentuk tubuh yang indah.

Narsistik (kebanggaan terhadap diri sendiri yang berlebihan, ingin dipuji, cenderung menonjolkan diri dan merasa butuh empati).

Hiperaktif (hiperaktif lebih mudah disebut sebagai sulit untuk tenang atau diam. Harus melakukan sesuatu bahkan sesuatu yang tidak penting).

Anti-sosial. Anti-sosial di sini bukan orang yang sengaja mengucilkan diri, tetapi orang yang memang tidak nyaman dalam keadaan bersama dengan orang lain dan lebih suka menyepi dan melamun. Tak jarang orang seperti memilih tempat yang sangat sunyi.

Kecanduan seks. Jenis ini sedikit “membahayakan” karena remaja yang mengalami kelainan ini akan sering berpikir tentang seks.

Gangguan identitas gender. Kelainan ini bukanlah tomboi, tetapi kecenderungan seseorang dengan suatu komunitas. Misalnya, seorang gadis yang merasa terganggu jika harus bergaul dan bepergian dengan teman-temannya cewek, namun di sisi lain malah merasa nyaman dengan komunitas yang banyak laki-lakinya.

  1. Kelainan yang menganggu perasaan

Keainan yang mengganggu perasaan oleh perkembangan mental yang tidak optimal sedikit berbeda bila dibanding gangguan perilaku di atas. Jenis gangguan perasaan ini lebih cenderung pada perasaan karena pemikiran anak tersendiri dan sering menghukumi dirinya sendiri atau mendapatkan imajinansinya tersendiri. Contoh kasus gangguan perasaan adalah:

Kecemasan yang berlebihan karena suatu hal, yang bisa diakibatkan oleh trauma atau karena fobia dan sebab lain.

Depresi, yakni perasaan yang berhubungan dengan rasa putus asa dan penderitaan, yang mungkin diakibakan oleh suatu peristiwa masa lalu yang tidak mengenakkan.

Pesimis menghadapi masa depan.

Merasa tidak berharga dan dikucilkan.

Skizofrenia, di mana anak memiliki pemikiran dan imajinasi tersendiri yang menyetir dan mempengaruhi pikirannya.

Multiple Personality (Kepribadian Ganda). Pada kasus ini, mungkin Anda akan menemui orang dengan kepribadian yang lain setelah bertemu dengan orang tersebut sebelumnya. Awalnya baik, tetapi bisa saja menjadi sangat sombong, ambisius, atau bahkan sangat alim. Tidak hanya dua jenis kepribadian, namun dapat berkembang menjadi banyak kepribadian.

Dengan mengetahui hal tersebut, maka sebagai orang tua tentu dapat memberikan perhatian dan pengawasan kepada anak lebih dibanding sebelumnya, tidak membiarkannya melakukan sesuatu yang melanggar karena anak adalah aset yang berharga bagi orang tua sekaligus titipan yang harus dijaga.