You are here:

Sumber Motivasi Usaha Kecil Bagi Pengusaha Kecil

Motivasi usaha kecil dibutuhkan oleh para pengusaha kecil. Sebesar apa pun dan sejauh apa pun tujuan Anda, selalu ada langkah pertama untuk memulainya, baik langkah kecil maupun langkah besar. Begitu juga di dalam dunia usaha, baik usaha besar maupun usaha kecil. Jika bercita-cita untuk memiliki sebuah usaha, modal pertama dan utama adalah diri sendiri. Tidak memiliki modal besar bukanlah halangan untuk bisa memulai usaha besar. Anda bisa mewujudkannya dari usaha dengan skala kecil. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menumbuhkan motivasi usaha kecil dalam diri.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan motivasi? Ada berbagai definisi dan teori motivasi yang diutarakan berbagai tokoh terkemuka. Kita bisa mengambil salah satunya, misalnya teori dari David McClelland (1917 – 1993). Ia mendefinisikan motivasi secara sederhana. Menurutnya, motivasi adalah keinginan atau kebutuhan dasar kita yang kemudian mendorong perilaku kita.

Dengan kata lain, motivasi adalah alasan kita dalam berbuat sesuatu. Anda boleh memiliki pendapat sendiri mengenai pengertian motivasi ini. Hal yang paling penting adalah memiliki sesuatu di dalam diri yang mendorong semangat untuk melakukan sesuatu demi kebaikan hidup Anda sendiri.

Pada dasarnya, manusia memiliki tiga motivasi alamiah dalam dirinya, yaitu keinginan untuk memiliki prestasi ( achievement ), keinginan untuk memiliki hubungan baik dengan orang lain ( affiliation ), serta keinginan untuk memiliki pengaruh terhadap orang lain ( power ). Sayangnya, hanya sedikit orang yang mampu menyeimbangkan ketiga motivasi tersebut di dalam dirinya. Pada umumnya, hanya satu motivasi yang muncul dan bersifat dominan.

Seorang pengusaha biasanya memiliki cita-cita atau keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Keberhasilan usaha yang digelutinya merupakan suatu pencapaian atau prestasi tersendiri baginya. David McClelland dalam studinya menemukan bahwa orang-orang dengan keinginan akan prestasi itulah yang biasanya sukses dalam usaha. Jadi, bisa dikatakan bahwa pengusaha yang sukses biasanya memiliki motivation for achievement yang lebih dominan. Hal tersebut terjadi secara umum, tidak berkaitan dengan latar belakang kehidupan maupun letak geografis tempat tinggal.

Orang dengan motivation for power yang lebih dominan cenderung merasa nyaman dengan menjadi manajer pada sebuah perusahaan. Hal itu karena ia tidak dituntut secara langsung untuk mengelola kinerjanya sendiri, melainkan harus mengelola kinerja orang lain yang bekerja di bawah arahannya. Orang dengan kecenderungan seperti ini meletakkan kesuksesannya pada tingkatan seberapa besar atau luas pengaruhnya terhadap orang lain.

Apabila ingin berhasil dalam berbisnis, seorang pengusaha sebaiknya memunculkan motivasi prestasi yang ada dalam dirinya. Tak jadi soal apabila usahanya masih berupa rintisan atau usaha kecil.

Sikap Motivation for Achievement

Secara umum, orang dengan motivation for achievement yang tinggi cenderung memiliki sikap sebagai berikut.

  1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi terhadap kinerja dan hasil kerja dirinya sendiri.
  2. Berani mengambil risiko namun tetap dengan mengedepankan perhitungan yang matang.
  3. Menaruh perhatian yang tinggi pada umpan balik yang berkaitan dengan pengeluaran dan pendapatan.

Ketiga sikap tersebut sangat diperlukan adanya dalam diri seorang pengusaha atau wirausahawan. Hal itu dikarenakan dirinya adalah modal utama sebagai penggerak roda usaha yang dijalankannya. Dengan motivasi prestasi yang tinggi, ia akan mampu mengambil keputusan yang tepat mengenai prospek usahanya. Ia juga akan mampu menindaklanjuti prospek yang telah dicapainya tersebut, sekaligus memantau keberhasilan ataupun kegagalan dalam usahanya.

Pengembangan Motivasi untuk Perkembangan Usaha

Berangkat dari keberhasilan motivation for achievement dalam membangun usaha kecil , selanjutnya adalah pengembangan motivasi untuk mengiringi perkembangan usaha itu sendiri. Kesuksesan sebuah usaha tentu saja menuntut kemampuan pengelolaan yang baik untuk bisa bertahan dan bahkan terus berkembang. Di sinilah diperlukan dominasi motivation for affiliation dan motivation for power.

Sebagai pemilik usaha, seorang pengusaha harus mampu menjalin dan menjaga hubungan baik dengan pihak-pihak yang berperan menunjang jalannya usaha. Misalnya menjaga hubungan baik dengan konsumen atau relasi bisnis atau juga dengan suplayer penyedia barang modal usahanya.

Seorang pengusaha juga bertindak sebagai pemimpin perusahaan. Dengan demikian, diperlukan motivation for power yang kuat. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan manajerial yang baik serta memiliki pengaruh yang besar terhadap orang-orang yang bekerja di bawah kendalinya.

Motivasi dari Kesuksesan Orang Lain

Memunculkan motivasi diri bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu sumber motivasi usaha berskala kecil adalah membaca atau mendengar kisah sukses pengusaha besar yang memulai usahanya dari usaha kecil. Dengan mengetahui sepak terjang dan kiat-kiat membangun usaha, bisa memunculkan semangat dan menumbuhkan motivasi untuk melakukan hal yang serupa demi mencapai hasil yang serupa juga.

Kesuksesan Bob Sadino

Salah satu pengusaha yang sukses dari modal kecil adalah Bob Sadino. Saat ini, ia termasuk salah satu orang terkaya di Indonesia sebagai pemilik jaringan usaha Kemfood dan Kemchick yang bergerak di bidang pangan dan peternakan. Ia termasuk orang yang bisa memanfaatkan peluang usaha dengan modal kecil dan menekuninya hingga bisa meraup untung yang melimpah. Ia memulai usahanya di bidang peternakan ayam dengan menetaskan dan menjual telur ayam negeri.

Bob Sadino pernah mengemukakan sejumlah teori mengenai perbedaan “orang pintar” dengan “orang bodoh” dalam membangun sebuah usaha. Beberapa di antaranya mungkin bisa diadopsi dan menjadi motivasi tersendiri bagi para pelaku usaha kecil.

Menurut Bob Sadino, orang pintar terlalu banyak ide sehingga sulit dijadikan kenyataan. Sementara orang bodoh hanya memiliki satu ide sehingga ia bisa fokus mewujudkannya. Orang pintar cenderung berpikir panjang dan banyak pertimbangan, termasuk menganalisa untung rugi yang justru memperlambat dimulainya usaha. Sementara orang bodoh cenderung berpikir pendek dan tidak banyak pertimbangan sehingga bisa lebih cepat memulai usahanya.

Bob Sadino juga berpendapat bahwa “orang pintar” memerlukan pendidikan tinggi untuk berbisnis, sedangkan “orang bodoh” memulai bisnis dengan pendidikan seadanya yang dimilikinya. “Orang pintar” terlalu banyak menganalisa segala macam informasi yang diperolehnya, sedangkan“orang bodoh” memilih untuk segera bertindak memulai bisnisnya.

Karena pengetahuannya yang begitu banyak, “orang pintar” sering melupakan penjualan. Sementara “orang bodoh” cenderung berpikir sederhana, yaitu yang penting produknya terjual. “Orang pintar” merasa sibuk dengan banyak melakukan kegiatan, sedangkan “orang bodoh” hanya memiliki satu kegiatan, bisnisnya, sehingga mereka lebih fokus pada bisnisnya tersebut.

Menurut Bob, “orang pintar” memiliki percaya diri yang tinggi atas kemampuannya sehingga merasa lebih tahu apa yang diperlukan konsumen. Sementara “orang bodoh” menganggap konsumen lebih pintar darinya sehingga mau mendengarkan pendapat dan masukan dari konsumen. “Orang pintar” memiliki banyak kemampuan dan banyak peluang bisnis, sehingga cenderung beralih dari satu bisnis ke bisnis lainnya yang pada akhirnya tidak tuntas. Sementara “orang bodoh” memiliki satu bisnis yang dijalankannya sampai tuntas.

Keuangan perusahaan , walaupun usaha skala kecil, sebaiknya dikelola tersendiri dan dipisahkan dari keuangan pribadi. Adanya hambatan bukan berarti usaha tidak bisa dijalankan jadi hadapi dan atasi hambatan yang ada. Keluarga sebagai orang terdekat bisa juga menjadi sumber motivasi usaha kecil dan pendukung usaha yang setia. Kesuksesan membangun usaha yang mandiri tidak berarti lepas dari kebutuhan akan peran orang lain. Perilaku pribadi yang baik tetap harus dipelihara. Hal yang utama dari itu semua adalah rasa syukur dan tawakal kepada Tuhan sebagai pemilik semua rezeki di dunia.