You are here:

Tiga Bekal Dalam Dakwah Islam

Tiga Bekal Dalam Dakwah Islam – Dakwah harus berdasarkan pada usaha amar makruf nahi munkar , memerintah kebaikan dan melarang pada kemunkaran. Dan ini merupakan pilar utama dalam melakukan kegiatan dakwah Islam kepada umat manusia.

Dakwah identik dengan pekerjaan atau profesi dari para alim, ulama, lulusan pondok, atau sarjana dari Timur Tengah. Namun bila kembali merujuk pada dalil di Alqur’an dan Alhadits maka dakwah harus dilakukan oleh semua muslim, tidak mengenal latar belakang pendidikan mereka. Bukankah Rasulullah pernah menyampaikan hadits yang memerintahkan umatnya untuk menyampaikan kebenaran walaupun hanya satu ayat.

Berdakwah dapat diartikan secara luas yakni upaya untuk mengajak kepada kebaikan dan meninggalkan larangan agama Islam. Cara dakwah bermacam-macam tidak dibatasi hanya dengan perkataan atau ucapan. Para ulama berdakwah juga melalu tulisan, dengan karya dalam bentuk buku atau kitab maka dakwah mereka dapat dirasakan hingga sekarang. Bila masih merasakan banyak kekurangan dalam diri, hendaknya mengusahakan dapat ikut andil dalam kegiatan berdakwah. Dapat dengan tulisan, dukungan, atau yang lainnya.

Tugas utama dari para Nabi dan Rasul ialah menyampaikan risalah agama Islam kepada manusia. Sehingga kegiatan berdakwah berarti kita telah mencontoh para Nabi dan Rasul dalam mengisi kehidupan ini. Maka usaha dalam berdakwah mempunyai peranan penting untuk menebarkan ajaran Islam yang penuh rahmat ke seluruh penjuru dunia. Dakwah ditujukan kepada kaum muslimin sendiri dan pemeluk agama lain. Terhadap kaum muslimin, maka dakwah ditargetkan dapat meningkatkan keimanan dan ketaatan di tengah-tengah masyarakat.

Berdakwah di tengah masyarakat bukan berarti kita harus menjadi penceramah atau para ustadz di mimbar. Namun diartikan sebagai bentuk ajakan kepada orang-orang yang hidup di lingkungan, seperti keluarga, teman dan tetangga. Khusus untuk keluarga maka Allah telah memberikan peringatan kepada kaum muslimin untuk bersungguh-sungguh menjaga anggota keluarga mereka dari api neraka.

Mendidik isteri dan anak-anak di rumah merupakan salah satu bentuk dakwah yang sangat berpengaruh. Kondisi di rumah yang penuh keimanan akan mendorong seseorang untuk berpartisipasi aktif dalam berdakwah di luar rumah. Mulailah dari pihak yang terdekat dengan pribadi sendiri, seperti saudara atau saudari. Ajaklah mereka untuk rutin pergi ke pengajian Islam, itu merupakan cara termudah untuk mengkondisikan nuansa keimanan pada diri seseorang.

Terdapat tiga rumusan yang menjadi bekal bagi setiap orang Muslim dalam mensyiarkan kebaikan ajaran Islam, yaitu:

Pertama: Agama Islam Adalah Agama Nasihat

Nabi Muhammad mengajarkan bahwa agama Islam adalah nasihat kepada kaum muslimin dan umat manusia. Agama berupa nasihat universal yang memberikan petunjuk dan jalan kebaikan kepada orang mengikuti setiap nasihat di dalamnya.

Gambaran orang yang memberikan nasihat kebaikan seperti seseorang yang menutup kerusakan pada baju seseorang. Artinya, berdakwah dengan menasihati orang lain sama dengan menutupi kekurangan dan cela pada diri sendiri.

Perintah amar makruf nahi munkar merupakan kewajiban. Memiliki status hukum fardhu kifayah Jika telah ada satu golongan yang melaksanakan dakwah, maka kewajiban itu gugur bagi golongan lain di antara mereka.

Walaupun tidak harus dilakukan oleh semua orang. Tetapi setiap individu Muslim memiliki tanggung jawab untuk berdakwah. Setidaknya kepada diri sendiri, keluarga, dan orang terdekat.

Mulai sekarang perhatikanlah seberapa besar ketaatan pada keluarga sendiri terhadap perintah agama. Pakaian yang dikenakan apakah sudah benar menurut syariat, atau melanggarnya. Pakaian untuk keluar rumah bagi perempuan adalah menutup semua tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Maka bila isteri atau anak kita belum memenuhi standar tersebut sebaiknya mereka dinasehati dan dijelaskan tentang cara berpakaian yang benar menurut Islam.

Memang benar pakaian tidak merubah pribadi seseorang secara langsung, akan tetapi bila dikaitkan dengan perintah agama maka itu merupakan kewajiban. Apabila dilanggar akan mendatangkan dosa dan membuat hati semakin keras menentang perintah Allah yang lainnya. Membiasakan diri dan keluarga untuk taat kepada Allah dalam segala aspek, tidak hanya pada cara berpakaian tetapi juga masalah akhlak, ibadah dan muamalah secara luas.

Kedua: Etika Memberi Nasihat

Berhati tulus dan ikhlas Tidak mengharapkan apa pun ketika memberikan nasihat. Semua dilaksanakan hanya untuk mendapatkan keridhaan Allah semata. Bukan bertujuan untuk mendapatkan popularitas, pujian orang, atau untuk merendahkan seseorang.

Mengutamakan sikap yang baik dan lemah lembut Dalam Al-Quran (An-Nahl, 16:125), Allah memerintahkan umat Muhammad untuk menyampaikan dakwah dengan hikmah, cara yang baik, nasihat kebaikan, tutur kata yang lembut, mudah dipahami, dan berdebat dengan perkataan dan dialektika yang baik dan benar.

Lebih baik memberi nasihat ketika sendirian Imam Syafi’I mengatakan, memberikan nasihat kepada seseorang di kerumunan banyak orang, sebenarnya hanya merendahkan dan celaan. Lebih baik kita tidak menasihati di tengah banyak orang. Lakukanlah ketika orang yang hendak dinasihati sedang berada sendirian.

Memahami Materi yang dinasihatkan Sepatutnya kita memahami betul apa yang sedang kita nasihatkan. Hati-hati bertutur kata dan menukil setiap perkataan dengan benar. Semua muatan nasihat berdasarkan dari ilmu. Dan disampaikan dengan sederhana dan mudah dimengerti pendengarnya.

Memberikan Perhatian Tulus. Hendaknya kita memberikan perhatian tulus kepada orang yang diberi nasihat. Perhatikan keadaan emosinya. Perhatikan perasaan, kedudukan dan jabatannya.

Menjadi Sosok Teladan Dalam melakukan dakwah, kita harus memiliki suri tauladan yang baik hingga menjadi contoh nyata bagi orang lain. Islam sendiri sangat membenci perilaku orang yang selalu menasihati tetapi dia sendiri tidak melakukannya.

Sabar dan waspada Pemberi nasihat harus bersikap waspada dan hati-hati. Selalu memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, sebagai akibat lanjutan dari nasihatnya. Dibutuhkan kesabaran yang tinggi dalam tugas melarang manusia berbuat kerusakan dan mengingatkan manusia untuk berbuat sebagaimana perintah Allah SWT.

Ketiga: Kriteria Pendakwah

Memiliki Ilmu Agama. Setiap nasihat harus sesuai dengan ilmu. Bermuatan ajaran-ajaran Islam. Mampu membedakan perkara kebaikan dan kemunkaran berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Karena kerusakan dan kemunkaran akan semakin merajarela apabila setiap dakwah Islam tanpa disertai dengan ilmu agama.

Lembah Lembut Berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw. mengajarkan sikap lemah lembut akan menghiasi suatu perkara dengan baik. Sementara sikap keras dan kasar hanya akan merusak perkara tersebut.

Imam Ahmad bin Hanbal memberikan nasihat, ajaran kepada kebaikan harus disertai dengan sikap lemah lembut dan rendah hati. Ketika orang yang diajak tidak menyukainya, ajakan itu tidak membuat mereka tersinggung dan marah.

Berhati Sabar. Melakukan usaha dakwah tidak akan lepas dari ujian dan rintangan. Tuhan sendiri akan memberikan ujian kepada setiap hambanya. Hanya untuk menguji apakah hamba tersebut benar-benar berjalan di atas petunjuk-Nya.

Tiga bekal usaha dakwah ini harus dipelajari oleh setiap Muslim yang memiliki kewajiban untuk amar makruf nahi munkar. Semua nasihat harus berdasarkan pada ilmu. Disertai dengan sikap yang lemah lembut dan tawadhu

Semoga Tuhan memberikan jalan mudah dan sederhana bagi setiap usaha kebaikan. Wallahu a’lam