Adakah Nilai Edukasi Pada Tokoh Kartun?

tokoh kartun

Adakah Nilai Edukasi Pada Tokoh Kartun?

Berbicara tokoh kartun pastilah identik dengan dunia anak-anak. Tayangan film kartun memang banyak disuguhkan untuk tontonan anak anak. Namun, ada pula tayangan film kartun yang tak cocok ditonton anak-anak.

Film kartun menjadi identik dengan dunia anak-anak karena menyuguhkan cerita yang memanjakan sisi visual anak. Anak menjadi tertarik menonton film berjenis kartun.

Melalui film kartun, anak menjadi memiliki tontonan untuk dirinya sendiri. Anak tidak menonton tayangan orang dewasa. Film kartun, melalui tokohnya, mendekatkan anak dengan dunianya, yakni dunia bermain.

Tokoh Kartun sebagai Media Edukasi

Anak-anak penuh dengan imajinasi. Mereka selalu riang dan penasaran. Mereka selalu ingin tahu banyak hal meskipun hal tersebut dapat membahayakan diri mereka. Film kartun dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi mereka, sebab beberapa darinya mengajak mereka untuk mengenali lingkungannya.

Sebutlah tokoh kartun Dora dalam serial kartun Dora The Explorer. Dora yang digambarkan sebagai anak perempuan yang cerdas, pemberani, dan banyak akal dapat menjadi media atau perantara pembelajaran, pengenalan anak dengan lingkungannya. Ia digambarkan sebagai seorang penjelajah, petualang ke berbagai tempat.

Dalam perjalanan tersebut, Dora selalu ditemani seekor monyet lucu. Bersama teman monyetnya, Dora selalu dihadapkan pada rintangan yang mesti dilewati. Rintangan tersebut harus dilewati menggunakan bantuan dari penonton sehingga tujuan Dora dapat tercapai.

Dalam serial Dora the Explorer, Dora selalu menemui tiga rintangan dalam upayanya mencapai tujuan. Misalnya, ketika dalam sebuah episode, ia hendak mengunjungi rumah neneknya. Untuk mencapai rumah nenek, ia harus melewati tiga rintangan, yakni sungai buaya, benteng raksasa, dan semak berduri.

Pada awal kemunculan, Dora akan menyapa penonton anak-anak yang ada di rumah. Selalu ada jeda antara dialog yang dikatakan olehnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan waktu kepada penonton anak untuk menjawab atau mengikuti apa yang disampaikannya.

Dalam tayangan kartun tersebut, Dora akan mengajak penonton anak berinteraksi. Dalam perjalanan kesehariannya, Ia selalu membawa ransel berisi segala kebutuhannya pada saat perjalanan nanti. Sebelum melakukan perjalanan, ia akan mengatakan tujuan perjalanannya hari itu. Setelah itu, ia dan teman monyetnya akan memulai perjalanan.

Untuk menuju tempat tujuan, Dora akan berkata bahwa ia membutuhkan sebuah peta sebagai penunjuk arah. Kemudian ia akan berkata, “Katakan peta, katakan peta!” Hal tersebut merangsang dan mengajak penonton anak untuk juga menirukan apa yang diucapkannya.

Dengan begitu, anak menjadi tahu bentuk peta kemudian dapat melafalkan bunyi peta dengan benar. Lalu muncullah peta dari dalam tas sambil bernyanyi, ” Aku peta, aku peta, aku peta” Lalu Dora akan berdialog dengan peta mengenai jalan yang harus mereka tempuh untuk mencapai tujuan.

Selanjutnya, peta akan menunjukkan arah yang harus dilalui dan hal apa saja yang akan menjadi rintangan. Kemudian Dora akan mengulangi penjelasan peta kepada penonton anak: “Untuk mencapai rumah nenek, kita harus melewati sungai buaya, tembok raksasa, dan semak belukar. Sungai buaya, tembok raksasa, dan semak belukar.” Lalu perjalanan pun dilanjutkan.

Ketika menemui rintangan pertama, tokoh kartun Dora akan memberikan pilihan pada penonton anak apa yang harus dipakai untuk melewati rintangan sungai buaya. Terdapat beberapa pilihan yang muncul, misalnya naik perahu, berenang, dan meminta pertolongan. Penonton anak sudah diajak menanggapi suatu hal dengan kritis.

Jika pilihan yang diambil ialah naik perahu, Dora dan teman monyetnya lalu menaiki perahu sambil mendayungnya. Ketika sekumpulan buaya mendekat, Dora akan meminta bantuan kepada penonton anak. Ia akan berkata, “Aku butuh bantuan kalian, katakan dayung, dayung.” Lalu Dora dan teman monyetnya mendayung perahu sambil berkata, “Dayung, dayung.”

Ketika mereka menemui rintangan kedua, mereka akan memberikan pilihan alat yang harus digunakan agar dapat melewati benteng raksasa. Misalnya, memilih tali untuk digunakan untuk memanjat sambil berkata, “Panjat, panjat.”

Rintangan ketiga pun dilalui dengan pilihan penggunaan alat dan mengajak penonton anak untuk juga mengucapkan apa yang dilakukan agar rintangan dapat cepat dilewati. Setiba mereka di lokasi, Dora akan berkata, “Berhasil, berhasil, hore!” Kata tersebut kemudian dinyanyikan sambil berjoget. Ketiga rintangan pun disebutkan dalam bentuk nyanyian. Kemudian Dora berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas bantuan penonton anak.

Kemunculan tokoh pencuri bernama Swiper menjadi hal yang sangat dominan dari segi edukasi. Ketika Dora menghadapi rintangan dan menyiapkan alat yang akan digunakan, Skiper selalu muncul mengendap-endap dan berupaya untuk mencuri alat tersebut. Jika alat berhasil dicuri, kemungkinan besar Dora tidak akan sampai di tujuan.

Ketika Swiper muncul dengan perlahan, Dora akan meminta penonton anak untuk mengucapkan, “Swiper jangan mencuri, Swiper jangan mencuri.” Lalu Swiper pun akan berucap, “Ah, gagal.”

Melalui adegan tersebut yang berulang setiap episodenya, penonton anak belajar hal baru, yakni mencuri bukanlah hal baik. Secara tidak langsung, mereka mendapat pengajaran nilai moral.

Dari tokoh kartun Dora tersebut, anak-anak dapat belajar, mengenali berbagai hal. Mulai dari warna, benda, dan gerakan disampaikan dengan cara yang menarik. Meskipun Dora merupakan tokoh fiktif, namun ia benar-benar hidup dan berinteraksi dengan penonton, khususnya penonton anak.

Tokoh kartun Dora pun telah membius anak-anak, tidak hanya dengan filmnya, namun dengan berbagai aksesori yang berkaitan dengannya. Mulai dari boneka, kaos bergambar Dora, tas bergambar Dora, sandal, hingga gantungan kunci.

Figur Kesehatan Tokoh Kartun

Tokoh kartun lainnya ialah Popeye si Pelaut. Popeye digambarkan sebagai sosok pelaut yang sering dijahili atau dicurangi oleh Brutus. Selain itu, ada tokoh nenek sihir yang menjadi musuh Popeye.

Popeye merupakan seorang pelaut yang gemar makan sayur bayam. Dalam beberapa situasi, ia selalu muncul sebagai sosok pahlawan, sebagai penyelamat. Seorang perempuan bernama Olive berhasil menarik perhatiannya. Ia pun bersedia melakukan apa pun yang diminta oleh Olive. Dalam serialnya, tokoh kartun Popeye kemudian menikah dengan Olive.

Dalam kehidupannya, Popeye digambarkan sebagai seorang pekerja keras. Kehidupannya berhubungan dengan laut. Profesinya sebagai pelaut mengharuskannya memiliki tubuh yang sehat. Brutus selalu menjadi musuh yang menghalangi atau menggagalkan segala hal yang dikerjakan Popeye.

Dalam keadaan terdesak, Popeye yang selalu membawa persediaan bayam di sakunya, kemudian mengonsumsi bayam tersebut. Alhasil, dalam sekejap ia menjadi sosok baru yang memiliki kekuatan super.

Ketika dalam keadaan terkurung atau terikat misalnya, setelah dirinya memakan bayam, kekuatan yang luar biasa pun datang dan akhirnya Popeye mampu melepaskan diri dari ikatan atau kurungan. Kemudian ia menyelamatkan Olive dan menghajar Brutus.

Kesukaran anak-anak dalam mengonsumsi sayuran dapat diatasi dengan menonton film Popeye. Orangtua dapat mengaitkannya dengan kekuatan fisik dan kehebatan yang dimiliki oleh tokoh kartun ini setelah memakan sayur bayam.

Kecenderungan anak kecil ialah mengidolakan sosok yang dianggap sebagai pahlawan. Sosok heroik akan disukai oleh anak-anak dibandingkan dengan tokoh lainnya. Secara psikologis, anak-anak memang cenderung mengidolakan tokoh pahlawan atau penolong.

Itulah sebabnya mengapa anak-anak sangat mengidolakan tokoh kartun yang beridentitas sebagai pahlawan dibanding dengan tokoh yang tidak beridentitas sebagai pahlawan. Misalnya saja, mereka akan lebih menyukai Popeye daripada Micky Mouse. Mereka cenderung mengidolakan Spiderman daripada Donald Bebek. Hal tersebut adalah sebuah kewajaran sebab selaras dengan perkembangan sisi psikologis mereka.

Pengidolaan sosok heroik mesti ditunjang dengan kemampuan orangtua untuk membujuk anak melakukan hal-hal positif yang dilakukan para jagoannya. Seperti kebiasaan yang dilakukan Popeye seharusnya dibiuskan kepada anak agar anak tidak benci sayur dan tidak selalu dicekoki multivitamin karena tidak mengonsumsi sayur.

Tokoh kartun sesungguhnya telah memberikan peluang bagi orangtua untuk membuat anak menjadi lebih cerdas dan aktif. Ia hanyalah sebuah media, perantara, atau penghubung komunikasi anak dan orangtua agar terjalin dengan baik. Itu sebabnya dalam setiap pemutaran tayangan film kartun, orangtua harus mendampingi dan memberikan pengarahan kepada anak.

Tokoh kartun dapat menjadi ikon dari hal-hal positif yang kemudian akan menjadi sebuah kegemaran anak. Ia hanyalah tokoh fiktif yang hidup dalam imajinasi, namun orangtua dapat menjadikannya sebagai tokoh yang benar-benar hidup dengan mengaitkan hal-hal yang dilakukan tokoh tersebut.

Tokoh kartun akan terus diingat oleh anak dan seharusnya tetap hidup dalam bentuk semangat yang memotivasi anak untuk meniru hal-hal positif yang menjadi pesan dalam sebuah tayangan.

Warehousing & Storage
Services

Careful storage of your goods

View details

Custom Transport
Solutions

Complex logistic solutions for your business

View details