You are here:

Arti Tasawuf Berdasarkan Huruf

Arti Tasawuf Berdasarkan Huruf
Ilustrasi arti tasawuf
Ilmu tasawuf bagian penting dalam ajaran Islam, namun memahami arti tasawuf masih menimbulkan perdebatan. Ada yang menyebutkan bahwa kata tasawuf berasal dari kata s h uf yang maksudnya adalah kain wol. Penyebutan ini merujuk pada kebiasaan orang-orang sufi yang meninggalkan pakaian mewah dan memilih menggunakan kain wol yang kasar untuk dipakainya.
Pendapat yang lain menyatakan arti kata tasawuf berasal dari kata shuffah , yaitu kamar yang ada di samping masjid Rasulullah di Madinah, karena di tempat ini mereka sering mengasingkan diri. Dan ada juga yang menyebutnya berasal dari kata shaufanah yaitu nama buah yang berbulu. Penyebutan terakhir mengarah pada kain bulu yang kerap digunakan oleh para sufi (orang tasawuf). Demikian dan seterusnya ada beberapa pendapat yang berbeda-beda mengenai arti tasawuf.
Rasanya memang kurang mewakili nilai tasawuf yang sesungguhnya, namun beberapa pendapat tersebut telah dirujuk oleh banyak buku tentang tasawuf yang beredar selama ini. Jadi sah saja, walaupun terasa kurang agung bila dikaitkan dengan ajaran tasawuf yang demikian tinggi nilainya. Bahkan ada juga pendapat lain yang mengacu pada kambing jenis domba yang berbulu lebat untuk menamai orang-orang sufi yang senantiasa menjaga kesucian hati itu. Definisi Tasawuf
Dari pada rebut soal asal-usul arti kata tasawuf, terlebih bila berdebat soal definisinya yang mencapai 1000 macam, sebaiknya kita pelajari ilmu tasawuf berdasarkan huruf-huruf yang menyusun kata tasawuf itu sendiri. Semoga dengan pemahaman yang sederhana dan simple ini akan memudahkan kita meneguk segarnya ilmu tasawuf yang kita harapkan.
Empat huruf dalam kata tasawuf ini kita pisahkan, masing-masing huruf mengandung makna menuju arti tasawuf yang sebenarnya. Empat huruf itu terdiri dari: huruf “T” yang biasa kita baca “tak” , yang ke dua huruf “SH” yang dibaca “shot” , selanjutnya huruf “W” yang bacanya “wau” , dan yang terakhir huruf “F” atau kit abaca “fak”
Masing-masing huruf tadi mempunyai maksud dan arti kata yang berbeda. “T” merujuk pada kata “ Taubat” , huruf “SH” maksudnya “Shafaa” yang artinya jernih, huruf “W” maksudnya “Waqwa” artinya memelihara atau melindungi dan menjaga, huruf “F” maksudnya “fana” artinya lebur atau lenyap. Jadi empat huruf dalam kata tasawuf merupakan singkatan dari empat kata penting yang menjadi pilar ajaran tasawuf. Dari sinilah kita dapat menggali arti tasawuf yang sebenarnya. Memulai Dengan Taubat
Bagi umat Muslim yang telah benar menjalankan syariat agamanya, sebaiknya menempuh jalan tasawuf agar lebih dapat menikmati manisnya iman kepada Allah. Untuk menapak di jalan sufi ini kita harus memulainya langkah demi langkah. Dan langkah pertama adalah taubat. Demikian itu sesuai dengan harapan setiap muslim ketika berdoa sesudah wudlu, agar dijadikan golongan orang-orang yang bertobat (attaibun).
Sejatinya, mungkin kita sudah menjalankan ibadah , tetapi kita belum benar-benar menjadi hamba Allah yang bertaubat. Sebagian dari perintah Allah kita jalankan, tetapi mungkin sebagian dari larangan Allah masih berat untuk ditinggalkan. Sedangkan sebagai Muslim kita berharap agar menjadi hamba Allah yang suci, bersih agar kita dapat kembali kepada Allah dengan selamat. Karenanya seorang Muslim senantiasa mohon ampun kepada Allah setiap selesai shalat dan mohon agar dijadikan hambNya yang taubat setiap selesai berwudhu.
Taubat adalah titik awal yang sangat penting di jalan tasawuf karena dengan ini kita menempatkan garis demarkasi antara masa lalu yang telah kita jalani dan masa depan yang sedang kita mulai. Jadi taubat merupakan penegasan pengabdian kita yang sesungguhnya kepada Allah. Taubat seperti ini disebut dengan taubatan nashuha, taubat yang sebenarnya taubat, bukan “kapok Lombok” seperti yang sering disebutkan orang, sudah tahu pedas masih saja makan Lombok.
Pintu awal ruang sufi ini demikian menentukan perjalanan selanjutnya bagi seorang Muslim dalam menapaki keteguhannya di jalan tasawuf. Apabila dalam pertobatannya kurang sungguh-sungguh, akan menyisakan noda di jalan berikutnya. Ibarat menuangkan minuman pada gelas yang kotor. Shafaa – Membersihkan hati
Apabila langkah pertama pertobatan tadi mulus terjadi maka langkah kebersihan hati ini akan mudah dijalankan. Karena orang yang telah menjaga diri dari perbuatan dosa secara otomatis akan memiliki hati yang lebih bersih. Dalam jalan Ash shafaa ini Muslim tersebut tinggal membersihkan hati dari dosa-dosa kecil, dosa-dosa samar yang biasa ada di dalam hati.
Namun tidak terelakkan bahwa di dalam hati kita juga ada dosa-dosa besar. Sifat-sifat hati yang tercela seperti sombong, tamak, riya’, yang terakhir disebut syirik kecil. Padahal bagi orang-orang sufi penjagaan yang terpenting adalah penjagaan hati dari sifat-sifat hati yang tercela. Dosa bagi mereka tidak hanya pada masalah-masalah lahiriyah, tetapi tidak kalah penting adalah dosa-dosa yang bersifat batiniyah.
Bagi kaum sufi, ibarat gelas bersih melalui pertobatan tadi, gelas perlu dibuatnya cemerlang sehingga makna tepatnya bagi kata shafaa adalah tercapainya kejernihan hati, hati yang bening cemerlang. Itulah jiwa suci kaum sufi yang senantiasa siap untuk menerima curahan hikmat dari Allah SWT. Karena itu upaya menyucikan diri dengan menjaga hati dari segala jenis kotoran hati ini menjadi kewajiban utama. Waqwa: Pemeliharaan Terus Menerus
Bagi sufisme amalan-amalan dzikir yang secara istiqamah diwirid adalah upaya pemeliharaan kesucian jiwa yang telah dicapainya. Oleh sebab itu bagi mereka ibadah-ibadah sunah adalah kegiatan yang telah terbiasakan, tidak lagi menjadi beban yang terasa berat. Mereka dalam beribadah tidak lagi bertumpu pada harapan pembalasan dari Allah berupa surga atau takut siksa neraka. Bagi kaum sufi ibadah kepada Allah semata-mata dalam rangka bersyukur atas nikmat iman yang telah mereka rasakan.
Tindakan jiwa yang diniatkan pada ibadah syukur itulah yang sesungguhnya menjadi sebab terjadinya pemeliharaan. Pemeliharaan dalam hal ini berarti sebagai upaya mempertahankan nikmat, sebagaimana ancaman Allah barang siapa yang tidak bersyukur akan diazab, berarti dihapuskannya nikmat yang telah diberikan padanya.
Pada tahapan ini nikmat iman dan nikmat ibadah itu telah mereka raih, mereka hanya tinggal memeliharanya sepanjang usia. Kedekatan kepada sang Khaliq adalah maqom luhur dan mulia yang harus senantiasa dijaga. Sekali lagi ibarat gelas yang bersih cemerlang tadi senantiasa dijaga agar tetap dapat menerima curahan nikmat iman nikmat Islam dari Allah, jangan sampai retak, apa lagi pecah. Fana: Peleburan Sebagai Lenyapnya Egoisme
Inilah puncak ibadah kaum sufi. Bagi kaum sufi segala perbuatan baik, amal sholeh, keluhuran budi, kesucian jiwa dan lain sebagainya bukanlah atas nama individu atau egoisme. Keakuan telah lenyap bagi mereka. Segala peribadahan dan segala kebaikan semata-mata atas nama Allah. Mereka tidak mengakuinya sebagai miliknya karena diri mereka telah lebur dalam Maha Agung Allah.
Itulah cara sufi untuk mengabadikan nilai-nilai kebaikan. Semuanya telah diserahkan kepada Yang Maha Abadi. Mereka menyadari bahwa segala yang ada di sisi manusia akan lenyap, sedang apa yang ada di sisi Allah akan abadi
Sampai di sini arti tasawuf sesuai dengan huruf-huruf yang tersusun di dalamnya. Semoga dapat menjadi penuntun bagi kita untuk melangkah di jalan cahaya yang senantiasa mendapatkan curahan ridlo Allah SWT ini. Dan semoga dengan ampunan dan rahmat Allah kita mendapatkan kemudahan untuk menempuhnya.
Aamiin